Kisah Nyata Tan Danwy, Diramal Bakal Mati 2 Tahun Lagi

Family / 29 October 2013

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Tan Danwy, Diramal Bakal Mati 2 Tahun Lagi

Puji Astuti Official Writer
26428

Ramalan, bagi banyak orang merupakan sebuah jalan pintas untuk mencari kepastian hidup. Namun apakah benar ramalan memberikan kepastian bagi Anda? Ternyata tidak, dan inilah yang akhirnya disadari oleh Tan Danwy.

Tan Danwy atau lebih sering dipanggil Anwy, dibesarkan dalam sebuah keluarga yang sangat kental dengan tradisi pergi ke peramal. Jika tidak pergi ke peramal terlebih dahulu, Anwy merasa tidak percaya diri. Berbagai ritual dijalaninya untuk mencari berkat yang entah dari mana asalnya.

Hingga satu titik, Anwy diramalkan akan meninggal dunia pada umur 29 tahun.

"Waktu itu saya berumur 27 tahun. Saya diultimatum bahwa umur saya tidak akan panjang. Hanya sampai umur 29 tahun. Saya mengalami hal yang sangat menakutkan. Karena akan tiba waktunya saya akan mengalami bencana yang tidak bisa saya hindari. Saya tidak siap dengan kematian, karena selama saya hidup, saya tidak melakukan apa-apa. Saya juga tidak tahu apakah saya akan ke surga atau ke neraka. Saya tidak tahu arah hidup saya akan kemana."

Berbagai cara dilakukan Anwy untuk tetap hidup.

"Sampai saya harus vegetarian, saya lakukan untuk bisa berumur panjang. Apa yang menurut orang baik, itu saya lakukan. Sampai satu titik saya tidak menemukan apa tujuan hidup saya. Akhirnya hal itu membawa saya kepada kekosongan. Hal itu membuat saya menjadi orang yang mudah kecewa, kepahitan, dan mudah marah. Segala sesuatu saya lakukan dengan emosional. Saya melakukan aktivitas juga tidak bisa konsentrasi penuh, karena saya selalu dibayang-bayangi ketakutan akan kematian saya. Saya hanya memikirkan itu, hingga saya mengalami stress. Pada saat itu saya merasa menyesal karena harus mendengar ramalan itu, jika saya tidak mendengar ramalan tersebut mungkin semangat hidup saya tidak berubah. Saat saya karena mendengar ramalan tersebut, mau bilang tidak percaya, namun ada ketakutan dalam hidup saya. Apakah saya akan mengalami kematian seperti yang dikatakan peramal itu. Hingga akhirnya saya bisa melewati hal tersebut dan mencapai umur 29 tahun."

Karena hal tersebut, mulai ada kebimbangan dalam hati Anwy. Selain itu, pada tahun 1998 itu, usaha yang ia banggakan, hancur dalam sekejap mata.

"Saya memiliki kebanggaan tersendiri atas usaha saya. Ada suatu kepuasan tersendiri ketika saya bisa berhasil melakukan sesuatu tanpa campur tangan orang tua. Namun apa yang saya bangun dari tahun 1996 hingga 1998 itu sia-sia. Apa yang sudah saya peroleh dalam dua tahun itu kembali lagi ke nol. Semua di luar kemampuan. Pada saat terjadi bencana atas usaha saya, saya merasa tidak ada pertolongan. Karena saya tidak memiliki apa-apa lagi, saat itu saya baru merasa, bahwa saya tidak bisa melakukan segala sesuatunya dengan kekuatan saya sendiri."

Tanpa Anwy sadari, ada kekuatan yang lebih besar, yang melebihi kekuatannya sendiri. Dan kekuatan itulah yang bisa mengisi kehampaan dalam hidupnya.

"Saya diperkenalkan dan diajak ke sebuah seminar. Karena saya ada rasa ingin tahu saja, saya masuk ke seminar itu. Dan saya merasa ada sesuatu yang bicara kepada saya, "Bukan engkau yang memilih Aku, tapi Aku yang memilih Engkau." Di situ saya merasa ada panggilan hidup. Ada getaran-getaran seperti suatu urapan. Dan saya mengalami suatu kelepasan, sewaktu didoakan. Dan ketika saya bangun, saya merasakan sukacita yang luar biasa. Dan saya mulai bisa menyembah Tuhan. Itulah awal pengenalan saya dengan Tuhan. Itu hal yang tidak bisa saya beli. Itu semua yang saya tidak temukan sejak saya kecil, hingga saya berumur 33 tahun itu. Ada sesuatu yang berbeda. Ada sesuatu yang tidak pernah saya bisa rasakan. Itu adalah saat saya disentuh dengan urapan Tuhan. Baru hari itu saya mengerti, oo.. ini datangnya dari Kristus dan bukan dari kuasa lain."

Sesuatu yang sangat berharga telah Anwy temukan dalam hidupnya. Kasih Tuhan telah merubah seluruh kehidupan Anwy.

"Waktu dulu saya belum mengenal Tuhan, saya tidak memiliki prinsip hidup. Apa yang orang katakan, itu yang saya ikuti. Ketika saya di dalam Tuhan, saya memiliki tujuan hidup. Hidup saya begitu berarti, bukan untuk diri saya sendiri, tetapi juga untuk orang lain, berarti juga untuk keluarga dan orang-orang di sekitar saya. Saya merasakan selama ini kasih Tuhan sudah memenuhi seluruh hidup saya. Segala sesuatu yang saya lakukan sesuai dengan Firman Tuhan, itu tidak pernah sia-sia," demikian Tan Danwy menutup kesaksiannya dengan penuh kepastian. 


Sumber kesaksian:

Tan Danwy

Sumber : V131028200824
Halaman :
1

Ikuti Kami