Kisah Nyata Perjudian Achoi yang Hancurkan Batin Sang Istri

Family / 15 October 2013

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Perjudian Achoi yang Hancurkan Batin Sang Istri

Yenny Kartika Official Writer
28860

Sepasang suami istri, Achoi dan Akhau, dipertemukan melalui perjodohan orangtua. Ayah dan ibu Akhau memperkenalkan Achoi kepada putri mereka, dan menyatakan bahwa Achoi adalah pria yang baik dan mapan. Karena restu orangtua itulah, Akhau pun mau membuka hati dan menjalin cinta dengan Achoi.

Beberapa hari setelah perkenalan itu, akhirnya Achoi menikahi Akhau. Di awal pernikahan mereka, Achoi sebagai sang suami seringkali berjudi guna menafkahi keluarga. Akhau enggan berkomentar banyak tentang perilaku suaminya ini, karena dia merasa masih pendatang baru. Apalagi, orangtua Akhau juga mendukung perilaku anaknya yang suka berjudi itu.

Akhau bahkan rela menyerahkan uang tabungannya untuk dipakai berjudi oleh sang suami. Namun Achoi berjanji bahwa ini akan menjadi terakhir kalinya dia berjudi dan dia akan mengajak sang istri ke Jakarta setelah mereka mendapatkan banyak uang.

Satu bulan kemudian, Achoi mengajak Akhau untuk mengadu nasib di Jakarta. Di sana, dia bekerja di perusahaan konveksi milik kerabatnya. Tetapi gaji yang dia dapatkan dirasanya tidak cukup. Saat dia menerima gaji, Achoi seringkali memakainya untuk berjudi. Sang istri memang menaruh rasa curiga karena jumlah gaji yang seharusnya dibawa pulang ke rumah tidak sesuai dengan realita. Namun, dengan lihai Achoi menutupi perbuatannya. Dia beralasan saja bahwa uang itu dipinjam oleh temannya. Saking kecanduan judi, Achoi mengaku kalau uang hasil kerja satu bulan bisa habis dalam sehari!

Kebiasaan judi rupanya dipelajari Achoi semenjak ia masih kecil. Dulu, Achoi sering diajak oleh ayahnya untuk pergi ke tempat perjudian.

“Kamu harus bisa, kamu harus pinter, supaya kamu besok-besok tidak dibodoh-bodohin orang. Kalau kamu menang terus, kamu bakal kaya,” kata ayahnya kepada Achoi.

Dari kecil, sudah tertanam dalam benak Achoi bahwa dengan judi dia bisa mendapatkan lebih banyak uang. Bahkan dia menggadaikan motornya untuk modal berjudi. Terkadang Achoi sampai tidak pulang ke rumah. Dia menginap semalaman di tempat judi itu. Achoi mengaku tidak tahu apa yang harus dia katakan kepada istrinya kalau dia pulang nanti.

Saat Achoi suatu hari pulang, sang istri, Akhau, langsung menghardik suaminya. Pasalnya, Achoi sudah mengambil kalung kesayangan Akhau untuk dijualnya sebagai modal judi.

Perasaan sesal kadang menyeruak dalam hati Akhau. “Seandainya saja aku tidak menerima lamaran Achoi waktu itu….” pikir Akhau dalam hati. Kalau dia tidak ingat dengan anak-anaknya, pastilah Akhau sudah tidak tahan lagi dengan semua ini.

Setiap hari, Akhau harus menjalani hidup dengan seorang suami penjudi. Akhau tak tahu sampai kapan suaminya terus berkubang dalam kebiasaan itu. Kapan suaminya ini akan bertobat? Batin Akhau seringkali terluka. Akhau adalah wanita yang berprinsip bahwa menikah itu untuk satu kali, jadi kalau tidak cocok di tengah jalan, cerai bukanlah jalan keluarnya. Akhau seringkali hanya bisa menangis karena menahan beratnya beban hidup.

Saat Akhau menangis, Achoi bertanya kepadanya. Akhau pun menjelaskan bahwa jika perjudian terus-menerus dilakukan, maka keluarga mereka tidak akan bertahan. Melihat pergumulan ini, Achoi berjanji kepada istrinya bahwa dia tidak akan berjudi lagi.

Untuk membuktikan janjinya, Achoi mengajak Akhau pindah ke Bekasi, dan di sana dia memulai usaha baru, yakni menjual bubur. Modal usaha dia peroleh dari adik iparnya.

Kerja keras Achoi tidak sia-sia. Dia mulai menyukai usaha barunya ini, karena penghasilannya lumayan dan dia pun bisa menebus motor yang sudah sempat digadaikannya. Di sisi lain, Akhau cukup optimis bahwa di lingkungan tempat tinggal mereka sekarang sudah tak ada lagi arena perjudian. Jadi, Akhau yakin bahwa kini suaminya bisa lepas dari judi.

Tapi Achoi rupanya masih belum bisa lepas. Dia tergiur tawaran seorang kawan untuk bermain judi bola. Achoi langsung pasang taruhan, namun dia kalah. Saat tengah malam, Achoi sampai membangunkan istrinya, mengabarkan bahwa dia sudah kalah taruhan. Istrinya jelas mengamuk-ngamuk, karena tingkah laku suaminya ini tak kunjung berubah.

“Mungkin kalau kamu sudah mati, baru kamu bertobat?!” kata Akhau.

Akhirnya, untuk membayar kekalahan, motor mereka terpaksa dijual. Meskipun demikian, Achoi masih belum bisa lepas dari judi. Dia dan istrinya seringkali cekcok di rumah. Achoi sudah tak betah lagi dan sering pergi ke luar.

Suatu hari, seorang teman mampir ke tempat penjualan bubur Achoi. Namanya adalah Lily. Sudah delapan tahun lamanya Lily memang berteman baik dengan pasangan Achoi dan Akhau ini. Akhau pernah beberapa kali bercerita pada Lily bahwa suaminya sering tidak pulang dan bermain judi.

Lily pun mengajak pasangan suami istri ini untuk hadir dalam sebuah ibadah. Akhau langsung tertarik dan mengajak suaminya untuk datang, karena Akhau mendengar bahwa dalam pertemuan tersebut, jiwa-jiwa akan dipulihkan.

Mereka mengikuti sesi demi sesi. Dari pelajaran pertama, Akhau mengerti bahwa orang-orang yang dari kegelapan akan Tuhan bawa ke dalam terang. “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku,” demikian bunyi Firman Tuhan dari Yohanes 14:6 yang disampaikan pembicara dalam ibadah itu.

Dalam ibadah itu juga mereka menyaksikan sebuah film tentang penyaliban Yesus. Saat Achoi melihatnya, ia menangis sejadi-jadinya. Ada begitu banyak cucuran darah yang mengalir dari tubuh Yesus saat Dia disalibkan. Achoi mengingat ayah kandungnya. Sepertinya, kasih ayahnya tidak sebanding dengan kasih Yesus.

“Papa saya dulu mungkin kasihnya enggak seperti itu,” kata Achoi.

Di situlah titik pertobatan Achoi. Achoi berkomitmen untuk sungguh-sungguh berubah dan meninggalkan judi. Keputusan Achoi tersebut tentunya tidak mudah, karena ada saja godaan yang datang. Namun setiap kali Achoi diajak oleh temannya untuk berjudi, Achoi dengan tegas mengatakan tidak.

“Kalau saya berjudi, saya akan berdosa kepada Tuhan,” demikian kata Achoi kepada teman-temannya.

Achoi pun mengalami banyak perubahan dalam hidupnya. Melalui sebuah komunitas, dia mulai mempelajari hal-hal apa saja yang benar dan salah di mata Tuhan.

Lily, sahabat Achoi, melihat bahwa temannya ini memang menunjukkan banyak perubahan.

“Saat ini dia bisa menabung, dan dia juga menjadi orang yang suka menabur,” kata Lily tentang Achoi. “Ketika Achoi mengalami perubahan dalam hidupnya, saya percaya itu karena dia mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus.”

Achoi kini punya pandangan baru mengenai judi. “Judi itu bukan cara yang benar untuk mendapatkan uang, melainkan dengan usaha dan kerja keras,” ungkap Achoi.

Sang isti, Akhau, benar-benar bersyukur kepada Tuhan. “Kalau waktu itu saya tidak mengenal Yesus, rumah tangga saya pasti sudah hancur,” katanya. “Semuanya saya serahkan sama Tuhan. Tuhan yang menjawab.”

Saat ini, pemulihan demi pemulihan terjadi dalam rumah tangga mereka. Saat ini, Achoi bersama Akhau membuka usaha katering. Akhau mulai merasakan keindahan dalam rumah tangga ini. “Setelah saya lihat perubahan suami saya hari lepas hari, saya tidak ada rasa penyesalan lagi menikah sama suami saya. Saya percaya bahwa suami saya adalah suami terbaik yang Tuhan kirimkan buat saya.”


Sumber Kesaksian:

Achoi dan Akhau

Sumber : V131014171809
Halaman :
1

Ikuti Kami