Gereja harusnya belajar dari kesalahan yang dikerjakan. Kekisruhan jemaat di Korintus telah dikritik oleh Paulus dengan berkata, “Mengapa kalian bilang aku pengikut Kefas, pengikut Paulus, pengikut Kristus, pengikut Apolos? Adakah Kristus terpecah-pecah?”. Gereja digugat dan Paulus berkata “Kalian masih duniawi karena ribut satu dengan yang lain untuk hal yang tidak prinsip.” Sayangnya, 2000 tahun kemudian, gereja masih meributkan hal yang sama.
Alkitab Tidak Mencatat Bagaimana Baptisan Dilakukan
Kita dapat melihat di dalam kitab [kitab]Matiu28:19-20[/kitab] bahwa kita disuruh pergi dan membaptis orang-orang yang menjadi murid dalam Bapa, Anak, dan Roh Kudus untuk melakukan sesuatu yang telah Allah perintahkan. Ketika Yesus dibaptis, sida-sida Ethiopia dibaptis oleh Filipus, semuanya tidak menunjukkan cara baptisan.
Dilihat dari bahasa aslinya, baptiso yang berasal dari bahasa Yunani, ada beberapa arti baptisan itu yaitu membasuh, mencuci, memerciki, mencuci, dan menenggelamkan. Ketika Bait Allah diperciki dengan darah, itu memakai kata baptiso. Ketika perabot-perabot Bait Allah disucikan, itu memakai kata baptiso.
Seharusnya kita belajar segala sesuatu itu dengan tuntas, agar tidak ada kesalahpahaman. Intinya, yang penting adalah orang dibaptis dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Hubungan Baptisan dengan Sunat
Dalam [kitab]Kolos2:11-12[/kitab] dikatakan dalam Kristus kita telah ‘disunat’, bukan sunat lahiriah seperti yang terdapat dalam Perjanjian Lama, tapi sunat Kristus yaitu penanggalan akan tubuh yang berdosa. Sunat itu mengucurkan darah, Kristus dalam penyaliban menumpahkan darah sehingga sunat disamakan dengan baptisan.
Secara sejarah, orang memang sudah dibaptis sejak kanak-kanak. Tapi kemudian ada radical reformation oleh kelompok anabaptis. Kelompok anabaptis mengkritik Gereja Roma habis-habisan karena sudah kolusi dan korupsi. Kemudian ketika dewasa, mereka harus dibaptis ulang karena baptisan kanak-kanak dianggap tidak sah, itu abad 17.
Ketika baptisan dipararelkan dengan sunat, ini juga penting. Karena sunat menjadi azas perjanjian Allah dengan umat-Nya yang dimulai pada masa Abraham. Yang disunat pada waktu itu anak umur 8 hari, yang belum tahu apa-apa. Jadi jika yang dibaptis itu harus orang dewasa yang ngerti ini, ngerti itu, kita jadi linglung juga. Keselamatan selalu kita pahami sebagai anugerah yang datang pada kita, tapi reaksi kita untuk dibaptis adalah tergantung pada akal pikiran kita. Jadi kadang-kadang inkonsistensi ini tinggi sekali.
Hal itu juga berarti kita menyangkali inisiatif Allah yang berjanji untuk menyelamatkan umat manusia, termasuk pada anak-anak seperti keturunan Abraham yang baru berumur 8 hari tersebut. Tapi pada waktu itu, bukan hanya umur 8 hari, umur 18 ataupun 80 tahun juga disunat. Begitu juga gereja mula-mula. Ketika petobat baru dibaptis, mereka sudah dewasa. Jadi ada baptis anak-anak, ada baptis dewasa. Yang paling penting adalah itu ada ataupun tidak ada, bukankah suatu yang tidak mutlak.
Baptisan Artinya Keluar dari Dalam Air
Saat Yesus dibaptis, digunakan kata ‘apo’ yang berarti keluar dari dalam air, itu seringkali diartikan selam. Kalau dibaca dalam kalimat bahasa Yunaninya, keluar dari dalam air bisa berarti keluar dari genangan air, bukan keluar dari air. Itu artinya berbeda, tidak tenggelam dan tenggelam. Itu sebabnya di sungai Yordan ada dua macam baptisan. Ada yang dipercik dan ditenggelamkan. Ditenggelamkan ada banyak versi lagi. Ada yang ditenggelamkan ke depan, ke belakang atau diturunkan saja.
Ada pemaknaan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya soal pembaptisan. Namun, satu hal yang ditekankan adalah kita harus mampu melihat bagaimana mutlak tidak mutlaknya suatu perintah. Tuhan mutlak memerintahkan kita untuk membaptis seseorang dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Namun, Tuhan tidak mutlak mengatakan harus dibaptis dengan cara diselam ataupun dipercik. Karena itu, jangan terlalu dipusingkan.
By Bigman Sirait
Sumber : youtube.com by lois horiyanti/jawaban.com