Sumber: timogavril.wordpress.com
Hidup dengan Iman yang Dihidupi
Yenny Kartika Official Writer
Banyak orang yang sudah merasa dirinya sudah pasti diselamatkan, padahal belum selamat. Ada orang-orang yang merasa dirinya sudah dikenal dan terkenal di dunia ini, padahal Tuhan katakan: ”Aku tidak mengenal kamu!”. Ada lagi orang-orang yang mengatakan betapa Yesus berarti bagi hidupnya, padahal dirinya sendiri tidak berarti apa-apa di mata Tuhan. Ada lagi orang mengatakan aku percaya Tuhan, padahal ia sendiri belum dapat dipercaya oleh Tuhan.
Camkan baik-baik: pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan bukan sekedar pengakuan ucapan bibir, melainkan harus bersumber dari kepercayaan dalam hati ([kitab]0Roma10:9-10[/kitab]).
Ada banyak orang beranggapan, bahwa kalau orang bisa mengaku, pastilah itu berasal dari hatinya yang percaya. Padahal kalau kita simak, banyak orang Kristen yang ditolak Tuhan ([kitab]Matiu7:23[/kitab]) justru adalah orang-orang yang merasa dirinya sudah percaya kepada Tuhan dan sudah dipakai Tuhan sehingga merasa dirinya istimewa di hadapan Tuhan. Mereka merasa sudah percaya kepada Tuhan, tetapi ternyata Tuhan Yesus tidak percaya bahwa mereka sungguh-sungguh percaya kepada-Nya.
Kepercayaan yang benar dalam hati, pasti akan terwujud nyata dalam tindakan, sebab [kitab]Yakob2:17,26[/kitab] katakan, bahwa iman tanpa disertai perbuatan pada hakekatnya adalah mati. Jadi percaya harus disertai dengan tindakan atas pengakuan kita bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat kita. Coba perhatikan [kitab]Yakob2:19-20[/kitab].
Kalau kita hanya sekedar percaya Yesus sebagai Tuhan, itu bukan iman yang menyelamatkan. Dalam [kitab]Yakob2:22[/kitab] dikatakan bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. Jadi iman yang menyelamatkan adalah selain kita percaya dengan hati bahwa Yesus adalah Tuhan, tetapi juga melakukan kehendak Bapa. Melakukan kehendak Bapa artinya kita hidup dalam ketaatan dan kesetiaan untuk berjalan dalam otoritas-Nya Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus menghendaki agar kita percaya kepada-Nya dengan dasar iman yang benar, yaitu karena pengenalan yang benar akan Dia. Dalam [kitab]0Roma10:17[/kitab] dikatakan: Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. Dengan kata lain, Alkitab mengatakan bahwa kita menjadi percaya karena kita mengenal dengan benar Tuhan kita. Dan kita bisa mengenal Tuhan dengan benar karena kasih karunia yang Dia berikan.
Jadi, kalau ada orang yang bertanya, “mengapa engkau begitu percaya kepada Yesus, mengapa engkau mau menyerahkan hidupmu sepenuhnya kepada Yesus?”, kita sekarang tahu dan bisa menjawab: “Karena aku mengenal Dia. Aku tahu kepada siapa aku percaya.” Inilah iman yang Tuhan kehendaki. Kita percaya bukan karena ikut-ikutan; kita percaya bukan karena apa kata orang; kita percaya bukan karena paksaan atau juga karena kebetulan.
Dan pertanyaannya bagi setiap kita sekarang adalah, sebagai orang yang percaya Yesus adalah Tuhan, sudah sejauh mana kita memahami kehendak Tuhan dalam hidup kita? Dan, sejauh mana kita sudah melakukan kehendak-Nya? Tuhan Yesus dalam [kitab]Matiu7:21[/kitab] dengan sangat jelas berkata: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku : Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.”
Ingatlah bahwa kita sekarang hidup di zaman akhir, di mana waktunya sudah sangat dekat bagi kita untuk mempertanggungjawabkan hidup kita di hadapan Tahta Pengadilan Kristus ([kitab]iiKor5:10[/kitab]). Kita harus sadar dan berjaga-jaga jangan sampai justru perjalanan hidup kita sebagai orang percaya dan pemegang kasih karunia malah menjadi sia-sia dan binasa. Jangan sampai ibadah, pelayanan, dan perjalanan hidup kita sebagai orang Kristen selama ini, menjadi sia-sia dan tidak berkenan kepada Tuhan.
Menjadi seorang percaya bukan dimulai ketika seseorang memutuskan untuk mengatakan dan mengakui Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Perhatikan [kitab]0Roma10:8-11[/kitab].
Menjadi orang percaya adalah sebuah proses yang berkelanjutan seumur hidup, dimulai bukan ketika kita mengatakan dan mengaku Yesus adalah Tuhan, melainkan justru ketika kita sungguh-sungguh membuka hati kita dan menerima Yesus sebagai satu-satunya Tuhan yang berkuasa dalam hidup kita. Kalau Yesus menjadi penguasa satu-satunya dan yang berdaulat penuh dalam hidup kita, maka kita sadar, bahwa hidup ini bukan milik kita lagi, melainkan hidup kita sepenuhnya milik Tuhan. Dalam [kitab]0Roma14:7-9[/kitab] dikatakan, bahwa “… baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan…”.
Banyak orang yang sudah merasa dirinya sudah pasti diselamatkan, padahal belum selamat. Ada orang-orang yang merasa dirinya sudah dikenal dan terkenal di dunia ini, padahal Tuhan katakan: ”Aku tidak mengenal kamu!”. Ada lagi orang-orang yang mengatakan betapa Yesus berarti bagi hidupnya, padahal dirinya sendiri tidak berarti apa-apa di mata Tuhan. Ada lagi orang mengatakan aku percaya Tuhan, padahal ia sendiri belum dapat dipercaya oleh Tuhan.
Camkan baik-baik: pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan bukan sekedar pengakuan ucapan bibir, melainkan harus bersumber dari kepercayaan dalam hati ([kitab]0Roma10:9-10[/kitab]).
Ada banyak orang beranggapan, bahwa kalau orang bisa mengaku, pastilah itu berasal dari hatinya yang percaya. Padahal kalau kita simak, banyak orang Kristen yang ditolak Tuhan ([kitab]Matiu7:23[/kitab]) justru adalah orang-orang yang merasa dirinya sudah percaya kepada Tuhan dan sudah dipakai Tuhan sehingga merasa dirinya istimewa di hadapan Tuhan. Mereka merasa sudah percaya kepada Tuhan, tetapi ternyata Tuhan Yesus tidak percaya bahwa mereka sungguh-sungguh percaya kepada-Nya.
Kepercayaan yang benar dalam hati, pasti akan terwujud nyata dalam tindakan, sebab [kitab]Yakob2:17,26[/kitab] katakan, bahwa iman tanpa disertai perbuatan pada hakekatnya adalah mati. Jadi percaya harus disertai dengan tindakan atas pengakuan kita bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat kita. Coba perhatikan [kitab]Yakob2:19-20[/kitab].
Kalau kita hanya sekedar percaya Yesus sebagai Tuhan, itu bukan iman yang menyelamatkan. Dalam [kitab]Yakob2:22[/kitab] dikatakan bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. Jadi iman yang menyelamatkan adalah selain kita percaya dengan hati bahwa Yesus adalah Tuhan, tetapi juga melakukan kehendak Bapa. Melakukan kehendak Bapa artinya kita hidup dalam ketaatan dan kesetiaan untuk berjalan dalam otoritas-Nya Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus menghendaki agar kita percaya kepada-Nya dengan dasar iman yang benar, yaitu karena pengenalan yang benar akan Dia. Dalam [kitab]0Roma10:17[/kitab] dikatakan: Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. Dengan kata lain, Alkitab mengatakan bahwa kita menjadi percaya karena kita mengenal dengan benar Tuhan kita. Dan kita bisa mengenal Tuhan dengan benar karena kasih karunia yang Dia berikan.
Jadi, kalau ada orang yang bertanya, “mengapa engkau begitu percaya kepada Yesus, mengapa engkau mau menyerahkan hidupmu sepenuhnya kepada Yesus?”, kita sekarang tahu dan bisa menjawab: “Karena aku mengenal Dia. Aku tahu kepada siapa aku percaya.” Inilah iman yang Tuhan kehendaki. Kita percaya bukan karena ikut-ikutan; kita percaya bukan karena apa kata orang; kita percaya bukan karena paksaan atau juga karena kebetulan.
Dan pertanyaannya bagi setiap kita sekarang adalah, sebagai orang yang percaya Yesus adalah Tuhan, sudah sejauh mana kita memahami kehendak Tuhan dalam hidup kita? Dan, sejauh mana kita sudah melakukan kehendak-Nya? Tuhan Yesus dalam [kitab]Matiu7:21[/kitab] dengan sangat jelas berkata: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku : Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.”
Ingatlah bahwa kita sekarang hidup di zaman akhir, di mana waktunya sudah sangat dekat bagi kita untuk mempertanggungjawabkan hidup kita di hadapan Tahta Pengadilan Kristus ([kitab]iiKor5:10[/kitab]). Kita harus sadar dan berjaga-jaga jangan sampai justru perjalanan hidup kita sebagai orang percaya dan pemegang kasih karunia malah menjadi sia-sia dan binasa. Jangan sampai ibadah, pelayanan, dan perjalanan hidup kita sebagai orang Kristen selama ini, menjadi sia-sia dan tidak berkenan kepada Tuhan.
Menjadi seorang percaya bukan dimulai ketika seseorang memutuskan untuk mengatakan dan mengakui Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Perhatikan [kitab]0Roma10:8-11[/kitab].
Menjadi orang percaya adalah sebuah proses yang berkelanjutan seumur hidup, dimulai bukan ketika kita mengatakan dan mengaku Yesus adalah Tuhan, melainkan justru ketika kita sungguh-sungguh membuka hati kita dan menerima Yesus sebagai satu-satunya Tuhan yang berkuasa dalam hidup kita. Kalau Yesus menjadi penguasa satu-satunya dan yang berdaulat penuh dalam hidup kita, maka kita sadar, bahwa hidup ini bukan milik kita lagi, melainkan hidup kita sepenuhnya milik Tuhan. Dalam [kitab]0Roma14:7-9[/kitab] dikatakan, bahwa “… baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan…”.
Sumber : MEDIA PEMULIHAN | YK
Halaman :
1