Kepala Sekolah Heritage Elementary School di Madison, Alabama, AS melarang penggunaan kata "Easter" (Bahasa Indonesia: "Paskah") di lingkungan sekolah. Kata Easter tidak boleh diucapkan karena melanggar hak-hak para murid.
Lydia Davenport, sang kepsek, menjelaskan alasannya, "Anak-anak sangat menyukai kelinci (bunny), dan kami hanya ingin memastikan bahwa kami tidak menyebut "Easter Bunny". Dengan demikian, kami tidak akan melanggar hak orang lain, karena masyarakat menghubungkan Easter Bunny dengan agama."
Stasiun televisi WHNT melaporkan, sekolah tidak akan mengijinkan adanya kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan hari raya keagamaan (yakni, Paskah)--demi keberagaman agama. Padahal, sebelumnya guru-guru telah merencanakan kuis yang berhubungan dengan telur Paskah, dimana anak laki-laki dan perempuan akan membentuk lingkaran dan mencari jawaban yang tersembunyi di telur-telur.
Meskipun demikian, Davenport akan mempertimbangkan kembali pelarangan tersebut setelah ia mengadakan pertemuan dengan kepala daerah setempat. "Kami membuat kompromi dan mengijinkan guru-guru untuk menggunakan bentuk apapun, kecuali bentuk telur," ujarnya kepada WHNT.
Pendapat bermunculan di sekolah tersebut. Gretchen Carlson mempertanyakan, "Apakah kita sudah sebegitu jauh terperosok ke dalam kebenaran politis sehingga sekarang kami tidak dapat menerima agama apa adanya, merayakannya, dan lanjut saja?"
Terlepas dari kontroversi seputar penggunaan istilah Easter, Paskah, figur kelinci, atau telur, sebaiknya kita berfokus pada makna Paskah yang sesungguhnya, yakni kebangkitan Yesus dari maut dua ribu tahun lalu.
Baca juga artikel lainnya:
Ribuan Kepolisian Siap Amankan Hari Paskah
Mosaik Coklat Terbesar di Dunia Dibangun Untuk Sambut Paskah
Paskah Paling Mengesankan Adalah Tahun Ini