Babysitter-ku Ternyata Wanita Simpanan Suamiku

Family / 14 March 2013

Kalangan Sendiri

Babysitter-ku Ternyata Wanita Simpanan Suamiku

Puji Astuti Official Writer
110494

Bagi Susilowati, suaminya adalah pribadi penyayang baik kepada anak-anaknya maupun dirinya sebagai istri. Bahkan saat ia hamil anak ketiganya, sang suami sangat memanjakannya. Hingga suatu hari, sang suami membawa seorang wanita untuk bekerja dirumahnya sebagai babysitter untuk merawat anaknya yang masih bayi.

"Waktu suami saya marah-marahin saya, saya kaget. Kok tumben ya, suami saya kalau marah biasanya ngga seperti itu. Kalau ini marahnya bener-bener nunjukin kalau saya ngga berguna di depan mata dia. Terbalik dengan keadaan yang dulu-dulu," ungkap Susi.

Masih tak mengerti dengan apa yang terjadi, Susi menganggap yang terjadi sebagai angin lalu. Namun suatu hari, seorang tetangga mengatakan bahwa ia melihat suaminya sedang bergandengan tangan dengan seorang wanita, padahal kepada Susi sang suami pamit keluar kota untuk urusan pekerjaan.

"Kemudian besok-besoknya saya dengar suami saya ada di rumah adiknya. Akhirnya saya samperin ke sana."

Dengan hati  yang berdebar, Susi mendatangi rumah itu dan ia pun terkejut dengan fakta yang ada di depan mata.

"Dia ada di sana, lagi di kamar peluk-pelukan," ungkap Susi dengan raut wajah sedih.
Pertengkaran pun terjadi, suami Susi yang lebih membela simpanannya membuat Susi naik pitam dan ke dapur untuk mengambil pisau. Sang suami akhirnya merebut pisau itu dari tangan Susi, memukulnya dan mengusir Susi dari rumah itu.

Marah, kesal dan terluka karena dikhianati dan dibohongi, semua itu menekan batin Susilowati. Setiap kali mengingat apa yang terjadi Susi terus menangis.

"Kalau ketemu, saya mau bunuh.." demikian tekad Susi kala itu.

Belum selesai dengan masalahnya, sebuah pukulan bagi jiwanya kembali terjadi. Putri ketiganya, Ayu sakit dan divonis cacat seumur hidup karena otak kecilnya tidak berfungsi. Kondisi psikologis Susi semakin memburuk, Ayu dan kedua kakaknya akhirnya dititipkan ke panti asuhan dan Susi dimasukkan ke panti rehabilitasi.

Putus asa, itulah yang dirasakan Susilowati hingga ia memutuskan akan bunuh diri, "Udah ngga kuat sayanya. Toh hidup saya sudah ngga ada arti, toh anak-anak saya sudah ngga ada, toh ngga mungkin ketemu suami saya."

Pisau sudah terhunus, tapi tiba-tiba...

"Ada suara : Jangan lakukan itu anak-Ku, Aku punya rencana akan hidupmu. Aku mengasihi engkau. Kaget saya waktu itu, 'Hah..suara kok seperti itu ya..' Mulai saat itu jiwa saya mulai tenang, mulai damai. Ibaratnya otak saya mulai nyambung."

"Saya renungin suara itu sampai saat ini, semakin lembut.... semakin lembut.. Tapi merasuk ke dalam hidup saya.. jiwa saya... dan saya ingat terus [perkataan] itu," demikian tutur Susi.
Susi yang mulai kembali kesadarannya dengan tekun mengikuti kegiatan dan bimbingan di tempat rehabilitasi itu. Ada sebuah pesan dari pembina rohaninya yang begitu menguatkannya.

"Ingat Susi, segala macam pencobaan-pencobaan yang ibu alami itu adalah pencobaan biasa, dan Tuhan sudah memberikan jalan keluar untukmu. Yesus itu mati di kayu salib untuk menanggung dosa-dosa kita, termasuk ibu."

Mengetahui kebenaran tersebut, pikiran Susi seperti dibukakan bagaimana Tuhan berkarya dalam hidupnya.

"Saya nangis saat itu, betapa dalamnya kasih Tuhan sama saya. Saya jatuh cinta sama Tuhan saat itu, dan saya tahu saat itu saya dipulihkan."

Menyadari bahwa Tuhan Yesus mengasihinya dan memiliki rencana yang indah atas hidupnya, Susilowati pun bangkit kembali untuk membangun hidupnya dan menjemput dan merawat ketiga anaknya. Kini Susilowati menjadi pribadi yang baru, pribadi yang lebih kuat karena ia mengandalkan Tuhan dalam hidupnya.

"Kalau bukan karena Tuhan, mungkin sekarang saya sudah ada di Grogol (rumah sakit jiwa -red). Saya ngga mungkin setegar ini. Buat saya Yesus itu hidup, karena siapa sih yang bisa jawab doa saya? Siapa sih yang bisa memberi jalan keluar bagi masalah saya?" demikian Susi mengungkapkan kasihnya kepada Tuhan.

Kini dengan pandangan baru Susi melihat hidupnya, bahkan anaknya yang kurang beruntung, "Ayu itu buat saya bukannya beban, tetapi Ayu itu saluran bagaimana Tuhan mengukir hidup saya, bagaimana Tuhan membentuk saya, sehingga saya bisa sabar, boleh ada penguasaan diri, bukan jadi orang pemarah lagi. Bukan lagi jadi orang yang liar.. atau bukan juga orang yang mengandalkan diri  sendiri," demikian Susilowati menuturkan kisah nyata kehidupannya.

Apa yang terjadi dalam hidup Susilowati, dalam pandangan manusia mungkin terlihat sebagai sesuatu yang buruk. Namun di tangan Tuhan, Dia sanggup menggunakannya untuk kebaikan bagi Susilowati sendiri maupun anggota keluarganya. Percayalah pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat yang hidup yang sanggup menolong anak-anak-Nya.

Sumber : V130311215829
Halaman :
1

Ikuti Kami