Pastor Ini Sudah Jadi Pengedar Sejak Usia 16 Tahun

Internasional / 17 February 2013

Kalangan Sendiri

Pastor Ini Sudah Jadi Pengedar Sejak Usia 16 Tahun

Lois Official Writer
3111

Ketika Jordan Hodges hampir berumur 13 tahun, pernikahan orangtuanya kandas. Ayahnya makin hari makin keras padanya dan melecehkan dirinya. Di samping itu, dia pun akhirnya menemukan kenyataan ayahnya bukanlah ayah kandungnya. Hal ini tentu membuat dia begitu berantakan sehingga akhirnya dia pun menjadi seorang alkoholik.

Mencari penerimaan dan stabilitas, Hodges menemukan teman-teman yang senasib dengannya. Di usia ke 15, dia sudah menghabiskan waktunya di jalanan. “Penolakan yang saya dapatkan (pada saat muda), membuat saya merasa mendapatkan ijin untuk melanjutkan kehidupan yang sudah saya jalani. Meskipun saya tahu saya kelihatan biasa saja, namun saya benar-benar putus asa ingin menemukan seseorang, siapa saja, yang mau mengatakan ‘Hi’ atau ‘Senang bertemu Anda’ atau apapun… tapi itu tidak pernah terjadi.” jelas Hodges.

Pernah Hodges menghadiri ibadah Paskah bersama ibunya. Dia bergumul apakah Tuhan benar-benar nyata dan jika demikian, mengapa Dia peduli padanya? Hal itu kelihatan mustahil baginya. Tapi dia memutuskan untuk menghadiri ibadah anak muda, dan memberikan Tuhan ‘kesempatan terakhir’. Namun, dia tetap melakukan kejahatan.

Di usia 16, dia masuk dalam budaya obat-obatan dan hal gaib. Dia sering bermasalah dengan anak-anak di sekolahnya. Saat memasuki masa SMP, dia diberitahu pihak sekolah untuk meninggalkan mereka atau mereka yang akan memaksanya pergi. Gagal di sekolah, Hodges pindah ke rumah temannya dimana dia bisa bebas memakai obat-obatan tersebut dan mulai merambah bisnis obat-obatan terlarang.

Datang hari dimana dia melihat laser merah dari pistol polisi mengarah ke dadanya. Hodges yang overdosis itu dilarikan terlebih dahulu ke rumah sakit, yang membuat para dokter heran, bagaimana ada begitu banyak obat terlarang dalam tubuhnya, setidaknya dalam tubuh manusia yang hidup, hal yang mustahil terjadi. Setelah lima hari, diapun dikirim ke penjara.

Bosan di dalam penjara setiap hari, Hodges memutuskan mengikuti pendalaman Alkitab yang diselenggarakan kelompok lokal. Di sanalah dia pertama kali menerima Tuhan dan hidupnya pun mulai diubahkan. “Seluruh generasi muda mencari semacam hal spiritual, tapi anak-anak ini seperti saya dulunya, membawa semua beban – hal-hal sulit, kejadian menakutkan, dunia gelap yang menarik dan menggenggam mereka saat mereka ingin memulai perjalanan Kekristenan.”

Itulah yang dialami Hodges. Dia mengosongkan ‘rumahnya’ dan ingin berubah namun ketika dia kembali kepada hal yang salah yang dia lakukan sebelumnya, maka bukan satu lagi yang menghuni hatinya tersebut tapi tujuh. Orang-orang yang dekat dengannyalah yang kemudian terus berdoa baginya. Setelah dia sempat bermanifestasi, dia pun menyerahkan dirinya kepada polisi.

Di penjara itu, sekali lagi dia bertobat dan kemudian dibebaskan beberapa bulan kemudian. Dia pun ditawari pekerjaan oleh gereja dan dari situ dia terus dapat maju. Ada mentor yang percaya padanya dan peduli membuat hidupnya berubah. Kini dia bersama istrinya, Amanda, yang juga bekas pecandu dan pengedar, menjadi pemimpin di Assemblies of God yang terdiri dari 250 anggota, yang banyak di antaranya tengah bergumul dalam hidup mereka.

Segala kesalahan dan dosa masa lalu, sebesar apapun itu, Tuhan tidak perhitungkan bahkan dikatakan dibuang ke tubir laut yang paling dalam. Kita perlu menjadi terang bagi orang-orang sekitar sehingga banyak dari mereka yang menerima kasih Yesus.

 

Baca juga :

Selamat Bergabung Untuk JCers di Bulan Cinta 2013

Anda Bisa Memilih Bagaimana Harus Berpikir (2)

Nikmati Ber-Valentine Ria Bersama Anak 

Keindahan Cheongsam dan Changshan Saat Imlek

Ini Dia Resep Pempek Adaan

Sumber : charismanews.com by lois horiyanti/jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami