Melalui suratnya, Israel Keyes (34) menyatakan bahwa dirinya superior dan bisa memanfaatkan orang lain yang polos. Namun sayangnya, tulisan tangan tersebut harus menjadi pesan terakhir darinya, sebelum akhirnya ia menghabisi nyawanya sendiri di penjara pada 1 Desember 2012 lalu.
Keyes ditangkap pada 12 Maret 2012 dalam kasus pembunuhan terhadap pegawai bar (barista) asal Alaska, Samantha Koenig. Sejak itu, kepada polisi setempat dia menceritakan sisi hidupnya yang selama ini terselubung dan bagaimana dia melakukan aksi pembunuhannya. Namun kelanjutan kisah tersebut tidak dapat diketahui. Kini kepolisian harus berusaha keras menelusuri kehidupan Keyes yang sadis. Keyes diyakini telah membunuh antara 8 sampai 12 orang, termasuk Koenig, namun sampai saat ini baru 3 orang yang diketahui memang berkaitan dengan Keyes.
Keyes terkesan tidak menyesal atas perbuatannya terhadap korban-korbannya. Dr. Stephen Montgomery, psikater forensik dari Vanderbilt University Medical Center, Nashville, menjelaskan bahwa dari tulisannya, Keyes sadar bahwa tingkah lakunya tidak benar. “Dia menulis melalui surat ini agar orang-orang bisa menemukan dan membahasnya lalu kemudian membesar-besarkan harga dirinya,” ungkap Montgomery pada ABCNews.com.
Pada dasarnya Keyes sangat membenci kehidupan sehari-hari yang ia alami. Dalam penggalan isi suratnya ia memaki gaya hidup di Amerika dan kebiasaan-kebiasaan yang umumnya dilakukan warga di situ.
Pribadi-pribadi seperti Keyes adalah segelintir orang yang dikuasai kebencian dan pada akhirnya melakukan tindakan kejahatan dengan sadar. Setiap orang bisa mencegah dirinya dari kebencian dengan memilih untuk menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya, mengampuni, serta melepaskan hak untuk membalas dendam. “Kasih menutupi banyak sekali dosa,” demikian yang Rasul Petrus pernah ungkapkan ribuan tahun lalu, dan sampai sekarang masih merupakan solusi yang relevan dalam kehidupan yang sulit ini.
Baca juga artikel lainnya: