Sistem pendidikan di Indonesia hingga saat ini menjadi satu wacana terbesar yang dibicarakan untuk menyikapi fenomena sosial dan moralitas kerap jatuh merugikan negara. Terutama mengenai kekerasan atas nama agama terus terjadi, pendidikan perlu mendapat pembaharuan.
"Pendidikan agama yang tidak inklusif, sejak kecil diajarkan untuk membenci agama lain. Pendidikan seharusnya memerdekakan. Selama pendidikan tidak memerdekaan, tidak membuat proses orang menjadi manusia Indonesia, selama itu juga akan tidak menghasilkan sikap terbuka menghargai perbedaan," kata Sekretaris Eksekutif Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Romo Benny Susetyo di Jakarta, Rabu (16/1).
Menurutnya selama ini paradigma pendidikan tidak mendidik siswa menjadi cerdas. Menurut dia, hal itu terjadi karena guru bertindak sebagai mentor, bukan teman. "Pendidikan kita hanya menghafal, maka pendidikan agama tidak pernah mencerdaskan, tidak membawa pencerahaan anak terhadap perbedaan. Pendidikan yang lain dianggap musuh dan lawan. Karena apa? Guru tidak dilahirkan sebagai teman atau rekan, tetapi pawang dan mentor, maka yang terjadi indoktrinasi begitu kuat," beber Benny.
Selanjutnya Benny menyerukan agar paradigma pendidikan agama diubah, agar ke depan kerukunan beragama di Indonesia benar-benar terwujud. "Mengembalikan keadaban publik adalah pilihan membangun pilar demokrasi, pilar inklusif dan cerdas bangsa. Dengan begitu, masyarakat lokal tidak lagi membedakan suku, agama dan ras.”
Baca juga artikel lainnya :