Kisah Nyata Sobi, Anak Yatim Yang Terbuang

Family / 9 January 2013

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Sobi, Anak Yatim Yang Terbuang

PrincessPina Cahyonoputri Official Writer
20861

Bagi Sobi, keluarganya adalah keluarga yang paling sempurna. Walaupun tidak bergelimang harta, kasih sayang yang diterimanya dari kedua orangtuanya bagaikan harta yang tak ternilai harganya, setiap hari selalu dipenuhi kebahagiaan karena mereka semua saling mengasihi. Sampai suatu ketika, sebuah kabar duka harus diterimanya. Ayahnya meninggal dalam sebuah kecelakaan lalu lintas.

Belum habis kedukaan karena ditinggal ayahnya, tanpa sebab yang jelas ibunya meninggalkan Sobi dan kedua adiknya. Sobi dan kedua adiknya pun akhirnya dirawat oleh kakek dari ayahnya. Sayangnya, di tempat ini mereka tidak mendapat kasih sayang seperti yang mereka dapatkan saat masih bersama ayahnya, hal ini membuat Sobi menjadi pribadi yang pemberontak.

Walaupun masih SD, dia sudah merokok dan menghisap ganja, semuanya itu dilakukannya agar mendapat pengakuan dari teman-temannya. Sayangnya, walaupun sudah mengikuti semua kenakalan itu, Sobi tidak juga diterima. Dia sering diejek karena dianggap anak yatim, tidak terima dengan pernyataan itu Sobi pun terlibat perkelahian. Itulah rutinitas Sobi, merokok, menghisap ganja dan berkelahi.

Karena tidak ada biaya, Sobi pun tidak bisa melanjutkan sekolahnya. Dia terpaksa harus berjualan untuk bisa mendapat uang tambahan. Setelah dua tahun hidup tanpa orangtua, suatu hari saat membawa barang dagangannya, tanpa sengaja Sobi bertemu dengan ibunya. “Rasa marah yang selama dua tahun ini karena mama ninggalin saya, itu tertutupi karena rasa bahagia melihat mama,” ungkap Sobi.

Perjumpaan itu penuh dengan haru, di saat bersamaan harapan Sobi untuk masa depannya pun kembali muncul. Namun hal itu tidak berlangsung lama, ibunya kembali meninggalkan Sobi tanpa jejak. Hati Sobi kembali hancur. Impiannya untuk kembali memiliki keluarga bersama ibu dan ayah tirinya pun hilang sudah. Sobi merasa terbuang dan rasa trauma membekas di hatinya.

Saat harapan sudah tidak lagi terlihat, seorang kerabat datang menghampiri Sobi. Setelah bertukar cerita, maka dia pun berjanji akan meminta bantuan dari saudara yang berada di Jakarta untuk membantu Sobi kembali sekolah.

Meninggalkan Lampung, Sobi dan dua adiknya pun pindah ke Jakarta. Awalnya dia mengira bahwa dia akan tinggal di rumah keluarga, namun setelah diselidiki, dia justru dibawa ke panti asuhan. Kembali hati Sobi hancur, baginya panti asuhan adalah tempat untuk mereka yang dibuang.

Sobi sempat berpikir untuk kabur dari tempat itu, namun hal itu diurunkannya karena takut kalau harus hidup menjadi gelandangan. Sobi pun merubah pandangannya, kini dia ingin membuktikan kepada orang-orang yang membuangnya bahwa dia pun bisa bertahan dan sukses di tempat ini.

Di luar dugaan, panti asuhan ini ternyata memberikan apa yang selama ini dicari Sobi. Sebuah perhatian dan kasih sayang, serta suasana kekerabatan yang hangat membuat apa yang semula disangkanya sebagai tempat orang buangan ini, ternyata adalah rumah yang selama ini diimpikannya. “Saya bahagia di panti asuhan, saya menikmati kembali saat-saat menjadi anak yang bisa bermain dan bersekolah,” ungkap Sobi.

Dalam sebuah acara yang diadakan di panti asuhan, Sobi diperkenalkan dengan Yesus, sosok yang selama ini tidak pernah diketahuinya. Sobi sempat mempertanyakan, jika Yesus sama seperti apa yang diceritakan, mengapa Yesus membiarkannya untuk hidup menderita?

Saat pertanyaan itu berkecamuk di pikirannya, sebuah pencerahan pun muncul. “Saya seperti melihat sebuah film, saya melihat ketika saya dipukuli, ketika saya dikucilkan, dicaci maki, di situ Yesus ada. Dia (Yesus) ikut menangis, tapi mungkin saya saja yang tidak merasakan keberadaannya,” kisah Sobi.

Sebuah ayat di Mazmur menjadi penguat untuk Sobi, “Ketika ayah dan ibuku meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku,” ucap Sobi mengutip ayat favoritnya. Baru disitulah Sobi mengerti mengapa panti asuhan tempatnya tinggal menjadi panti asuhan yang unik dan bisa menerima dirinya apa adanya, tidak lain karena di panti asuhan itu dihuni oleh orang-orang yang mengenal Yesus.

Pencerahan ini membuat Sobi kembali mempunyai pengharapan, dia pun akhirnya memutuskan untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Rasa bahagia dirasakan Sobi saat dia mendeklarasikan imannya kepada Yesus, namun anehnya masih ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya, kemarahannya kepada ibunya membuatnya belum bisa sepenuhnya merasakan damai sejahtera.

Sobi terus bergumul untuk melawan sakit hatinya karena perbuatan ibunya, sampai pada suatu acara pemulihan jati diri, dia merasa tertantang untuk mengampuni orang yang telah mengecewakan dan menyakiti hatinya, dia pun mengambil kesempatan itu untuk melepaskan pengampunan untuk ibu kandunganya itu. Dia pun bertekat untuk mencari ibunya.

Butuh delapan tahun bagi Sobi untuk akhirnya kembali bertemu  dengan ibunya. Ibunya mengakui kesalahannya dan meminta maaf pada Sobi, hal ini membuat Sobi merasa lebih tenang karena tidak lagi harus menyimpan kepahitan kepada orang yang telah melahirkannya itu.

Perubahan besar terjadi dalam hidup Sobi, dari pemuda yang tidak bisa mengasihi orang lain dia menjadi pemuda yang penuh kasih, termasuk bisa menerima ibu dan keluarga tirinya. Apa yang dialami Sobi juga dialami adik-adiknya, kekosongan yang selama ini mereka rasakan pun terisi dengan kasih Yesus. Sosok ayah yang selama ini mereka rindukan pun dapat mereka rasakan ketika bersama Bapa.

Apa yang dialami Sobi ini membuatnya mempunyai kerinduan untuk membagikan kasih yang diterimanya dari Yesus kepada orang-orang, terkhusus kepada mereka yang merasa dirinya terbuang sehingga mereka bisa mendapat penerimaan dari Yesus Kristus, sama seperti apa yang dia rasakan.

Sumber Kesaksian :

Sobi Jaya

Sumber : V120301110206
Halaman :
1

Ikuti Kami