Ruth Manurung : Berani Senggol Motor, Bacok !

Family / 5 September 2012

Kalangan Sendiri

Ruth Manurung : Berani Senggol Motor, Bacok !

Budhi Marpaung Official Writer
9024

Ruth Manurung adalah pemimpin geng motor wanita yang tidak pernah takut kepada siapa pun juga. Sebagian besar hari-harinya selalu dipenuhi perkelahian dengan kelompok lain.     

“Dari muda saya sudah jadi ketua geng ya. Anggota geng saya tuh betul-betul harus pintar, cantik, dan berani terutama berani menghadapi cowok-cowok yang aneh-aneh,”

“Gak kesenggol aja kita tusuk, apalagi kesenggol. Ya, jadi senggol bacoklah. Hampir tiap hari kami kerjanya ribut”  

Oleh karena aktivitas di jalanan tersebut, ia dan geng motornya kerap menjadi incaran grup lain untuk dihabisi, bahkan oleh geng motor orang terdekat di keluarganya sendiri. “Pasti lah musuh banyak ya, tapi geng yang paling ingin menghabisi geng saya justru salah satunya dari geng abang saya sendiri,”

Masa kecil Ruth 

Bumbu-bumbu permusuhan antara Ruth dengan abang-abangnya sudah terlihat sejak kecil. Perlakuan istimewa yang diterima Ruth dari papanya membuat ketiga abangnya menjadi iri hati.

“Kalau perbedaan sikap kasih sayang itu memang melekat kepada adik saya, Ruth. Karena kenapa ? Dia adalah anak perempuan satu-satunya. Jadi rasa kasih sayang  itu lebih banyak ke Ruth, sedang kita nih standard aja,“ ujar Yansen, abang kedua Ruth.

“Saudara kandung saya melihat ketidakadilan yang dilakukan oleh papa saya, mereka punya dendam itu, ya dilampiaskanlah kepada saya di saat saya tidak diajak pergi bapak mama ke luar. Saya biasanya dihajar,” tutur Ruth.   

“Abang pertama yang saya rasakan sekali tangan besinya. Saya mau melawan, saya tidak bisa karena biar bagaimanapun saya lebih kecil dari mereka,” lanjut ibu dari dua anak ini.  

“Namun, saya bersyukur memiliki seorang papa karena disaat seperti itu papa menjadi pembela saya. Di mata saya, papa itu udah hero lah, paling sempurna karena saya memang diperlakukan sempurna” 

Kehilangan sosok Papa

Namun, pembelaan yang diberikan sang papa kepada Ruth tidaklah berlangsung lama. Karena menderita sakit tertentu, sang penolongnya selama itu akhirnya meninggalkan dunia hingga selama-lamanya. 

“Saya sangat kecewa, sedih dan betul-betul kehilangan. Ternyata saya akhirnya ditinggalkan papa dan saya jadi seperti layangan putus”

“Saat papa saya meninggal itu berbarengan dengan abang saya yang pertama Harison dinyatakan naik kapal. Saya pikir dengan kepergian papa, abang-abang saya justru sayang dengan saya, tapi ternyata tidak malah makin menjadi-jadi. Jadi rasa marah itu saya lampiaskan ke luar”

Mencari Uang Sendiri

Kepergian sang papa tidak hanya membuat Ruth muda kehilangan rasa aman, tetapi juga uang pendapatan. Dan untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan hidupnya, Ruth muda akhirnya memutuskan untuk menjual narkoba dan berjudi.  

“Saya memang bandar. Saya bisa kasih orang segala macam kesenangan, tetapi saya merokok pun tidak. Dapat uang, tetapi saya tidak diperbudak oleh narkoba itu sendiri. Saya punya nama karena itulah nilai kesombongan saya ”

Kenakalan masa mudanya ini pun semakin menjadi-jadi. Urusan selimut tidur bagi para pria hidung belang pun ia ambil sebagai sumber datangnya uang. “GM lah, General Manager alias germo. Istilahnya ayam kampung itu ya yang masih virgin lah, masih perawan..Ayam broiler ya sudah tidak virgin lagi. Jika harga cocok transaksi terjadi, saya bisa adakan. Jadi saya merasa bahwa uang itu hal kecil buat saya”

Mendirikan Geng Motor Tandingan

Usaha untuk menyaingi abang-abangnya ternyata belum lah cukup. Ruth membuat geng tandingan untuk membalas dendam atas apa mereka telah lakukan kepadanya.

“Dan kami bikin geng perempuan, tapi nyatanya ada cowok-cowok yang ngikut”

“Musuh saya ya abang-abang saya juga akhirnya. Saya lihat lah itu film-film kungfu, bagaimana harus adakan pembelaan di saat kita sebagai perempuan kondisinya terjepit. Kami punya geng harus menjadi pemenang”

Memakai “Topeng” di Rumah

Lain sikap di jalan, lain sikap di rumah. “Saya kalau di rumah, ya masih ada sandiwara, dalam arti saya harus bersikap manis-manis karena mama saya wanita sederhana”

“Jadi di rumah, tenang-tenang saja, tidak ada persoalan apa pun. Saya pikir anak-anak saya akur karena tidak pernah berantem,” kata Dameria Sulastri, Ibu Ruth.

Abang Pertama Berubah

Foya-foya dan premanisme terus dijalani, namun kedatangan abang pertamanya mengusik hidup Ruth. “Kaget karena abang saya itu pulang dengan sikap yang berbeda. Dari yang saya hadapi dulu dengan tindak kekerasan, ternyata abang saya kembali dengan kelemahlembutan”

“Tuhan membawanya bermimpi, di saat ia berada di kapal. Mimpinya itu ia bertemu dengan Yesus katanya. ‘Kalau kamu mau berubah nasibmu dan keluargamu hendaklah kamu tinggalkan duniawi dan kami kaget semua karena ia meninggalkan semua pekerjaannya”

“Buat saya sangat aneh sehingga saya meremehkan. Bukannya saya tobat, saya malah tambah gila. Saya sibuk balap liar, sana-sini, taruhan. Saya gak ada rasa takut, justru saya celakain itu siapapun yang bertaruh dengan saya.”

Kecelakaan Motor

Suatu hari, ketika sedang mengendarai motor dalam kecepatan sedang, tiba-tiba Ruth mengalami kecelakaan yang cukup parah.  

“Sedang naik motor, tidak terlalu ngebut juga, tiba-tiba truk di depan berhenti dan saya masuk kolong truk, saya langsung sekarat”

Selama tak sadarkan diri, tidak pernah Ruth membayangkan saat terbangun ia akan melihat sesuatu yang mustahil. “Saya merasa tersentuh saat mengetahui bahwa abang saya terus mendampingi di saat saya sedang sekarat”

“Tidak mengerti juga, ini yang sangat-sangat keras ini kenapa datang sudah berubah drastis. kelembutannya tuh terpancar sekali dan terus berusaha menjadi teladan buat kami, adik-adiknya yang empat. Jadi saya merasakan sekali bahwa betul-betul abang ini melewati perubahan yang sangat serius”

“Dari kecelakaan itu saya menyadari bahwa hidup ini singkat sebetulnya, berarti saya tidak bisa begini terus. Saya ikuti saran dari abang saya tetapi itu tidak berlangsung lama”

Abang Ketiga Bertobat dan Pernikahanku

Di kala Ruth kembali kepada jalannya yang lama, ia melihat sebuah hal yang diluar pikirannya.

“Keanehan terjadi lagi, saya pikir ini virus apa lagi yang menyerang keluarga kami. Sudah abang saya yang pertama berubah, ini yang ketiga juga berubah. Saya saja yang harusnya mengalami kecelakaan, insyaf, faktanya masih gila lagi. Eh, ini abang saya, kelihatan sekali insyafnya. Saya merasakan aneh karena bukannya saya yang tobat, malah abang saya yang tobat duluan”                           

Tak mau ambil pusing dengan keanehan abang-abangnya, Ruth justru memutuskan untuk menikah. “Sampai saatnya saya married, saya merasakan bahwa saya sudah menemukan tulang rusuk yang pas karena kami satu genk, sudah tahu belang-belangnya, tetapi ternyata di belakang hari saya merasakan bahwa saya bukannya ketemu tulang rusuk tetapi tulang rusak. Jadilah pergolakan itu sepanjang rumah tangga kami lima tahun pertama”

“Semua orang saya bisa hajar, hantam, pukul, tusuk, tetapi selama terjadinya KDRT, saya tidak bisa dan tidak mau memang melakukan perlawanan. Saya melihat rumah tangga papa mama bahwa saya harus taat kepada suami saya selaku pimpinan rumah tangga kami”

“Cuma bisa menerima, saya menangis, menyesali nasib saya bahwa ternyata saya salah menikah dengan suami saya ini”

“Ya, saat itu memang hubungan kami dengan Ruth itu agak renggang. Terlihat di depan kami, ia dipukuli sehingga naluri sebagai seorang kakak, kami membela dia”

“Saya merasakan luka batin yang sangat karena ternyata sepanjang hidup, saya mengalami kekerasan. Hanya cuma beda judul aja, dulu saya menerima dari abang-abang saya, sekarang suami saya”

“Saya terharu juga karena abang-abang saya akhirnya membela saya”

Pertobatan

Namun pembelaan abang tidaklah cukup menyembuhkan luka batin Ruth. “Saya sudah capek mengalami KDRT sehingga saya sudah beberapa kali berusaha bunuh diri antara lain dengan minum obat banyak-banyak”

“Ini adalah satu dampak tabur tuai dari kehidupan yang dulunya saya jalani selama ini. Yang dulunya saya sangat sadis sampai akhirnya saya dikondisikan saya menerima kembali kesadisan itu dari orang yang paling dekat dengan saya”

“Kekerasan ini tidak boleh terus. Jadi apa anak-anak ini kalau orangtuanya rusak, tetapi saya tidak tahu bagaimana keluar dari situasi seperti ini? Sampai saya membuka hati, membuka diri, saya coba share dengan abang saya”

“’Abang saja bisa berubah, kenapa saya tidak bisa berubah?’ Saya kaget dan terharu ternyata abang meminta maaf kepada saya. Nah secara ukuran rasio tidak mungkin abang saya yang keras ini mau melembutkan hatinya dan minta maaf kepada saya, adiknya. Tetapi ternyata itu semua di luar jangkauan pikiran saya”

“Saya merasakan bahwa kelakuan saya yang gila-gilaan di masa lalu, kesombongan, kemunafikan, konsumtif yang berlebihan sampai ke urusan sadis, kekerasan, dendam ternyata tidak ada artinya malah itu semua membuat saya terpuruk”

“Abang saya udah ulang-ulang memang menyampaikan supaya saya berserah sungguh back to Jesus karena hanya Yesus yang dapat mengubah hidup kita”

“Saya menyadari, menginsyafi dengan sungguh bahwa Tuhanlah yang harus betul-betul mengatur hidup saya seluas-luasnya. Sampai akhirnya saya memutuskan terima Yesus seutuhnya dan saya tinggalkan semua kecemaran-kecemaran di masa lalu untuk mengikut Yesus selamanya”

“Saya melihat abang saya selama ini berdoa untuk saya, saya juga mau melakukan hal yang sama bagi kehidupan suami saya”

Setelah lima tahun akhirnya Tuhan menjawab doa Ruth untuk suaminya. Tuhan juga mengubahkan hati Ruth yang penuh kebencian menjadi penuh dengan kasih. “Saat saya merendahkan hati saya, membuka hati saya, saya dengan tulus mengampuni abang saya. Pertama bang Harison, bang Heriyansen, bang Sosor. Saya dimampukan untuk mengampuni mereka semua”

“Abang Harison itu begitu menginspirasi kami, adik-adik disini terutama dari rasa tanggung jawab dia. Itu tanggung jawabnya tinggi. Kemudian yang kedua, abang saya pernah bilang bahwa kalau satu orang bertobat maka seisi rumah diselamatkan”

Melayani Suku Terasing di Papua

Ruth, suami, serta kedua abangnya terpanggil untuk membantu suku-suku terasing di Papua. Ia juga beberapa kali mengajak kedua anaknya untuk melayani di sana. “Setelah saya mengenal suku-suku di Papua itu, saya menjadi mengerti mengapa mama saya mengabdikan hidupnya disana karena di suku-suku terasing di Papua itu sungguh membutuhkan pertolongan dan sangat jarang sekali orang yang mau ke sana,” aku Yosua Murid Yesus, putra dari Ruth Manurung.

“Saya merasakan Yesus bekerja melalui saya untuk melayani sesama, menyampaikan kasih Tuhan, dan ada bersama-sama dengan mereka. Saat lapar beri makan, haus beri minum, telanjang beri pakaian, seorang asing memberikan tumpangan karena kasih Yesus menutupi banyak sekali dosa dan hanya kasih Yesus yang mampu mengubah segalanya” ungkap Ruth menutup kesaksiannya.

Sumber Kesaksian :
Ruth Manurung 
Sumber : V120614100811
Halaman :
1

Ikuti Kami