Natal: Belajar Kesederhanaan Dari Sang Raja Damai

Kata Alkitab / 24 December 2012

Kalangan Sendiri

Natal: Belajar Kesederhanaan Dari Sang Raja Damai

Papa Henokh Hizkia Immanuel Simamora Official Writer
11557

Lukas 2 : 12

Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."

Peringatan hari kelahiran Yesus tidak pernah menjadi perintah dari Yesus Kristus untuk dilakukan. Cerita dalam Kisah Para Rasul saja tidak pernah menyebutkan adanya perayaan hari kelahiran Yesus yang dilakukan oleh gereja mula-mula. Demikian juga pada abad-abad pertama kekristenan, hidup kerohanian anggota-anggota jemaat lebih diarahkan kepada kebangkitan Yesus. Natal tidak mendapat perhatian.

Walau demikian karena kecintaan umat Tuhan pada Raja dan Mesiasnya maka di abad-abad berikutnya, tepatnya sekitar tahun 200 masehi, sekelompok orang Kristen di Aleksandria, Mesir telah melakukan suatu perayaan dan ibadah Natal.

Sebenarnya apa yang dilakukan mereka sangat tepat, sebab bila umat Tuhan mengakui ketuhanan Yesus dan percaya bahwa Allah telah menjadi manusia, maka peristiwa kelahiran (Natal) dari Sang Juruselamat atau Raja Damai ini perlu dirayakan dan diperingati setiap tahunnya.

Lagi pula bila orang percaya merayakan/memperingati peristiwa penderitaan, kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus, maka peristiwa bagaimana Sang Raja ini datang dari Surga ke dunia merupakan hal yang tidak kalah pentingnya.

Karena itu sesungguhnya inti atau hal yang hakiki dari perayaan Natal adalah suatu perayaan dan ucapan syukur manusia karena Allah datang menjadi manusia supaya manusia diperdamaikan dan dipulihkan kembali kepada rancangan dan rencana Allah semula.

Selain itu dengan mengingat dan merayakan kembali peristiwa kelahiran Yesus Kristus maka sebagai ciptaan-Nya kita kembali disadarkan betapa besar kasih Allah kepada kita dan betapa rendah hatinya Raja dan Mesias yang kita junjung.

Kesederhanaan Natal dapat terlihat dimana Sang Mesias terlahir di kandang domba, bahkan ketika para gembala dan orang majus datang untuk menyembah-Nya, Sang Bayi diletakkan di palungan dan bukan di atas kasur.

Pernahkah ada orang tua yang berniat melahirkan anaknya di tempat bau dan kotor seperti kandang domba? Tapi demikianlah yang terjadi dengan Yesus Kristus, atas kehendak Bapa, Ia memilih dan rela untuk dikunjungi hanya oleh para gembala dan tiga orang majus.

Salah satu predikat yang melekat di dalam diri Yesus sejak kelahiran-Nya, Yesus disebut sebagai Raja Damai. Dengan predikat ini, maka kita mendapatkan sebuah kenyataan yang sangat kuat, yang mengikuti pribadi Yesus dalam misi kedatangan-Nya ke muka bumi.

Misi keselamatan sejak Tuhan Yesus datang ke dunia hingga Ia mati di kayu salib berjalan dalam damai dan dilakukan dengan cara-cara damai. Atau dengan arti yang lain Ia datang dengan dan membawa damai yang sesungguhnya bagi dunia. Keselamatan didalam Yesus Kristus dikerjakanNya dalam damai yang sejati tanpa menggunakan politik, pengumpulan massa, demo, intrik, maupun dengan menggunakan senjata dan kekerasan. Inilah yang membedakan konsep dan misi keselamatan antara kekristenan dan agama lain.

Walau dampak mengikut dan menyembah Yesus adalah penderitaan, dan hal itu membuat ketidaknyamanan atau tidak ada damai diantara keluarga atau rumah tangga, namun Yesus tidak pernah melakukan perang dan melarang keras umat-Nya melakukan misi penyelamatan dengan perang.

Sumber : jp.simamora l jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami