Lirik sebuah lagu berkata bahwa dunia ini bagai panggung sandiwara, mungkin ada benarnya juga, karena penghuni dunia ini gemar memakai topeng. Ketika topeng tersebut dipakai, maka sikap seseorang itu dapat berubah. Setidaknya itulah yang terlihat di permukaan. Memang kadang topeng diperlukan, seperti dalam menjaga kesopanan dan etika. Ada kalanya kita perlu memakai topeng untuk menjaga sikap agar sesuai dengan situasi yang dihadapi. Akan tetapi lain halnya bila topeng dipakai untuk menyembunyikan rahasia terselubung. Makin sering memakainya, makin sulit pula menanggalkannya. Hingga tanpa sadar topeng itu melekat menjadi satu, hingga menjadi sebuah wajah, menjadi sebuah pribadi. Demikianlah pria yang bernama Jimmy Tengker ini, sebagian besar hidupnya menggunakan topeng untuk menutupi gelapnya kehidupannya.
Pertama kali berjumpa dengan Jimmy Tengker, tak pernah terbersit dalam hati Lina Sitorus bahwa pria yang dijumpainya semasa ia masih kuliah ini akan menyakiti hatinya begitu dalam. Tingkah laku yang ditampilkan oleh Jimmy membuat Lina mengaguminya, tak pernah diduganya karakter nya yang begitu baik itu hanyalah topeng belaka. Lina akhirnya dipersunting menjadi pendamping hidup Jimmy, dan awal-awal kehidupan mereka berlangsung bahagia dan diberkati dengan kehidupan ekonomi yang luar biasa. Seiring dengan perekonomian yang semakin baik, Jimmy mulai melakukan hal-hal di luar kebiasaannya.
"Misalnya pagi, bangun, dia sudah siul-siul, mandi. Perlengkapan dia kan dari ujung rambut sampai ujung kaki kan saya yang siapkan. Dan saya yang perhatikan. Dan kali ini makainya kok sudah over ya... Saya baru sadar bahwa itu bukan kebiasaan dia." Demikian Lina bercerita awal-awal perubahan suaminya.
Suatu hari Lina menerima telepon dari kerabatnya yang bernama Inge. Secara perlahan Inge mencoba mencari tahu, apakah Lina memang tidak mengetahui tentang sepak terjang suaminya di luar rumah, atau sengaja menutupinya. Setelah diketahui oleh Inge bahwa Lina benar-benar tidak tahu apa-apa tentang apa yang dilakukan suaminya, maka Inge mulai membuka berbagai rahasia yang diketahuinya tentang Jimmy Tengker. Kebetulan bahwa teman-teman Jimmy adalah teman Inge juga, jadi apa yang dilakukan oleh Jimmy, semuanya di ketahui dengan jelas oleh Inge.
"Yang pertama kali dibukanya kepada saya yaitu tentang okultisme. Memang dari jauh-jauh hari sebelumnya sudah pernah disindirnya dalam sebuah pembicaraan dirumah. Itupun saya masih belum sadar. Akhirnya karena dilihatnya saya benar-benar tidak tahu apa-apa, dia membuka semua rahasia yang diketahuinya."
"Suami kamu tuh ikut okultisme, di tempat kerjaannya dia selalu ketemu dengan si a, si b, si c, teman-teman satu timnya sewaktu berguru."
"Sewaktu di ceritakan bahwa suami saya terlibat okultisme itu sudah membuat saya gemetar, kaget. Tapi yang membuat saya bertambah shock adalah sewaktu diberitahu bahwa suami saya juga main perempuan."
" Seperti contohnya, kata guru mereka sewaktu harus melakukan ritual tertentu, tidak boleh berhubungan dengan orang lain, selain istri sendiri. "Tetapi Lin, kalau suami kamu, dia minta dispensasi. Khusus itu dia ngga mau, dia harus, dia ngga bisa, katanya." Demikian Inge bertutur kepada Lina.
Rahasia yang selama ini disembunyikan dengan rapi oleh Jimmy, akhirnya terbongkar. Sungguh merupakan sebuah kebenaran yang mengejutkan bagi Lina, tak disangka suaminya ternyata bukan seperti yang dilihatnya sehari-hari di rumah.
"Yang paling membuat shock di semuanya itu adalah hubungannya dengan perempuan-perempuan. Saya amat sangat merasa dikhianati sebagai seorang perempuan. Saya benar-benar tidak menyangka, perhatian yang diberikan keluarga sangat baik. Bahkan kerabat melihatnya sebagai pribadi yang sayang kepada anak dan istri."
Setelah itu, Lina mulai menyelidiki kebenaran dari cerita yang didengarnya. Mulai dari datang kekantornya, hingga gerak-gerik Jimmy setiap hari.
"Data-data yang saya tahu dari sikap dia, itu saya kumpulkan dulu. Sampai ada waktu yang tepat, saya mau konform dengan dia."
Hingga suatu hari, di hari Jumat Agung. Jimmy dan Lina sedang bersiap-siap untuk pergi ke gereja. Pada hari itu, Lina sudah tidak dapat menahan semua yang dirasakannya lagi. Dan akhirnya terucap dari mulut Lina pertanyaan ini.
"Jim, aku mau tanya satu hal sama kamu. Benar kamu main perempuan diluar?"
"Kalau memang benar, emangnya kenapa?" jawab Jimmy.
"Trus, kamu yang ngebayar atau kamu yang dibayar?"
"Dua-duanya..."
Itulah puncak dimana Lina merasa dilecehkan sebagai seorang istri. Sebuah kenyataan yang sangat menghancurkan hati Lina.
"Saya merasa terhina sekali waktu itu. Dan saya langsung masuk kedalam kamar mandi, saya marah, saya ngamuk, saya nangis, saya menjerit disitu, kamar mandi saya kunci, saya buang barang-barang yang ada di kamar mandi. Tapi dia tidak bereaksi apa-apa. Waktu itu biasa aja. Dia cuma menunggu saya keluar dari kamar mandi. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Dia hanya bersiap-siap mau pergi ke gereja. Tidak menenangkan saya, dan tidak mengatakan sesuatu alasan. Hal itu semakin membuat saya semakin terluka."
Ketika datang ke Jakarta atas permintaan pamannya, Jimmy Tengker sebenarnya akan disekolahkan. Tetapi ketika berangkat dari Menado menuju Jakarta, Jimmy sudah memiliki niat lain dalam hatinya.
"Niat yang terkandung di hati saya, pertama saya mau jadi petinju. Karena dengan modal saya tahu berkelahi atau berantem, itu bisa meluluskan cita-cita saya untuk jadi preman. Okultisme yang saya suka pelajari dan saya anut, justru bukan untuk menyantet orang. Tetapi yang saya suka pelajari untuk berantem saja. Biar kelihatan hebat saja sebagai laki-laki." Demikian pengakuan jujur dari Jimmy.
Melalui pemberitaan media massa, keluarga Jimmy mengetahui kehidupannya yang sebenarnya.
"Saya memang sempat diwawancara oleh seorang wartawan mengenai dunia debt collector. Pekerjaan yang membantu orang-orang yang memiliki tagihan yang susah untuk ditagih."
Ketika memperoleh banyak uang dari pekerjaan yang penuh dengan kekerasan ini, Jimmy terlibat perselingkuhan, bahkan bukan hanya dengan satu wanita, tetapi banyak wanita.
"Sampai akhirnya ketahuan oleh istri saya," demikian ungkap Jimmy.
"Setelah ketahuan, maka mulailah terjadi pertengkaran-pertengkaran. Dia bukannya terima atau merasa bersalah, tetapi sebaliknya, dia lebih marah," Lina menambahkan.
"Dalam satu hari saya dengan istri bisa berkali-kali kami ribut, dan setiap kali ribut selalu berakhir dengan kata-kata berpisah."
Kehidupan rumah tangga mereka benar-benar seperti neraka, penuh kebencian dan pertengkaran. Keinginan untuk bercerai pun semakin kuat. Satu-satunya hal yang membuat Lina bertahan untuk tidak bercerai adalah kebenaran firman Tuhan yang menyatakan tidak diperbolehkan adanya perceraian.
"Saya bilang ke dia, saya sangat amat ingin bercerai. Tapi kita tidak boleh bercerai, jadi kita tunggu saja, siapa yang lebih dulu dipanggil Tuhan," demikian Lina berujar pada suaminya.
"Dalam mendidik anak, saya tetap menjaga mereka. Rohani mereka saya jaga, kecintaan mereka pada ayah mereka tetap saya jaga."
Ditengah situasi kegoncangan keluarganya, Lina menghubungi nomor pelayanan doa yang sering dilihatnya di televisi.
"Ditengah ketidakberdayaan saya, ditengah ketidaktahuan saya, tapi saya tahu saya harus berdoa. Bahwa saya harus minta pertolongan Tuhan. Jadi saya by phone berdoa bersama-sama dengan hamba Tuhan yang saya tidak tahu namanya sampai sekarang. Ada satu hal yang saya ingat disampaikan oleh hamba Tuhan tersebut, Jangan takut, dibalik kuasa-kuasa kegelapan apapun di dunia ini, ada satu kuasa yang lebih besar dari semua itu, yaitu kuasa Tuhan."
Selain itu Lina juga sering datang pada seorang hamba Tuhan yang tinggal di dekat rumahnya. Dengan hamba Tuhan inilah, Lina sering sharing dan berdoa. Jimmy sangat tidak suka saat mengetahui istrinya sering berhubungan dengan hamba Tuhan. Bahkan beberapa kali mencoba ilmunya kepada hamba Tuhan itu, namun tidak berhasil. Bahkan ketika hamba Tuhan itu duduk di ruang tamu, Jimmy yang merasa ketakutan.
"Saya tidak tahu pasti kapan saya mulai tergerak mencari Tuhan. Tetapi tanpa sepengetahuan saya, istri saya senantiasa mendoakan saya. Bahkan setiap malam dia menumpangkan tangan dan berdoa untuk saya."
Pelan-pelan Jimmy mulai mau ke gereja. Hingga suatu saat Jimmy dan Lina mengikuti sebuah retreat dari gereja lokal mereka. Dalam sebuah sesi bagi suami istri, keduanya mengalami jamahan Tuhan. Setiap kepahitan, luka dan sakit hati disembuhkan, ketika keduanya mau terbuka dan saling mengampuni.
"Sampai sekarang saya dan suami sering merasa terharu dan terpesona dengan karya Tuhan dalam kehidupan kami berdua," kata Lina dengan berkaca-kaca.
"Sungguh kami tidak dapat berbuat apapun, khususnya saya, jika tanpa pertolongan Tuhan. Ketika saya mulai mempraktekkan firman Tuhan, sejak saat itu mujizat demi mujizat yang saya alami. Kebaikan demi kebaikan Tuhan, kami sekeluarga alami. Kami tidak bisa membalas semua yang Tuhan perbuat, selain kami melayani Tuhan." Demikianlah Jimmy Tengker menyatakan ucapan syukur atas perbuatan Tuhan yang ajaib dalam kehidupan keluarganya.
Sumber kesaksian : Lina Sitorus & Jimmy Tengker