Menurut ayahnya, Lily Gozal lahir dengan membawa peruntungan. Karena hal ini, ia mendapat perlakuan istimewa dari keluarganya. Ia bahkan tidak pernah bekerja seperti kakak-kakaknya yang lain, namun satu hal yang membuatnya tertekan, ia tidak bisa bebas. Hingga suatu kali, kakaknya menawarkan sebuah jalan keluar yang menarik.
“Li, saya punya masalah. Lily kalau punya masalah, yuk ikut saya ke sana (guru kebatinan –red) untuk menanyakannya..” demikian ajak Nuryati, kakak Lily.
Disitulah Lily mulai berkenalan dengan ilmu kebatinan dan menemukan kebebasan batin yang ia cari selama ini.
“Saya dibawa ke suatu tempat yang belum pernah saya rasakan seperti itu, saya lupa siapa saya, dan saya bebas mau berbuat apa saja,ditempat itu saya aman,” demikian tutur Lily.
Namun ketika usianya 22 tahun, perasaan bebas itu serasa dirampas dari hidupnya ketika ayahnya menjodohkannya dengan seorang pria.
“Pada hal saya belum mau menikah. Jadi bukan berdasarkan cinta, saya menikah karena ayah saya kuatir,” demikian ungkap Lily sambil meneteskan air mata.
Beruntung pria yang dijodohkan oleh orangtuanya adalah seorang pria yang baik. Secara materi Lily bukan hanya berkecukupan bahkan berlebihan. Namun karena sang suami sibuk dengan bisnisnya, Lily merasakan rasa kesepian yang mendalam.
“Tidak ada komunikasi sama sekali. Pernikahan saya berjalan tanpa adanya yang namanya cinta. Yang ada di dalam hidup saya adalah sombong. Saya foya-foya, saya bisa beli emas dan permata. Saya pergi dengan teman-teman, kemana saja. Tapi tetap, ketika pulang ke rumah saya, saya merasa sepi.”
Harta, kesenangan dan teman-temannya tidak bisa mengisi kekosongan dan kesepian yang ada di hati Lily. Akhinya ia kembali kepada ilmu kebatinan yang pernah memberikan kebebasan semu ketika ia remaja.
“Sepertinya saya mendapatkan sesuatu dari dia (guru kebatinan – red), dia mau mendengar, dia mau menjelaskan, buat saya itu tempat curahan bicara. Saya merasa nyaman sekali, dan rasanya nikmat sekali, pada hal di satu ruangan yang tertutup.”
Ilmu kebatinan kemudian menjadi tempat pelarian Lily, namun kemudian sesuatu terjadi. Bisnis suaminya jatuh bankrut dan mereka terlilit hutang. Ingin menolong sang suami, Lily pun bertanya pada guru spiritualnya.
“Guru kebatinan ini berkata, kalau kamu mau menolong, kamu puasa. Dan saat itu saya berpuasa 30 hari. Sewaktu buka puasa, saya makan kol mentah. Hal ini membuat perut saya menggembung.”
Akibatnya, Lily langsung pingsang, dan nyawanya di ujung tanduk. Beruntung suaminya dengan sigap membawanya ke rumah sakit. Namun sekalipun ia hampir saja kehilangan nyawa, kondisi ekonomi keluarganya tidak juga membaik. Hal ini diperparah oleh suaminya yang stress dan kalut yang kemudian terikat dengan perjudian.
“Saya hanya lari ke kebatinan lagi…”
Namun sekalipun ia bermeditasi dan melakukan banyak hal, kondisinya tidak membaik. Ia akhirnya sadar, ilmu kebatinan tidak bisa menolongnya.
“Saya mulai jenuh, akhirnya saya menyadari ilmu kebatinan tidak memberi saya apa-apa malah semuanya jadi habis,” ujar Lily.
Dalam kondisinya yang kalut, seorang teman baik suaminya datang dan menawarkan jalan keluar.
“Mari datang ke ibadah di rumah saya, maka akan ada jalan keluar bagi seluruh permasalah hidup kamu,” demikian ajak pria tersebut kepada suami Lily.
Karena ini teman baiknya yang bicara, suami Lily percaya dan mau datang. Sekalipun kondisi perekonomian suaminya belum pulih, namun karena rajin mengikuti ibadah, prilaku suami Lily pun berubah.
“Beberapa bulan kemudian, saya melihat ada perubahan, dia mulai adakan pendekatan.. sering ngobrol.. Suami diam di rumah, dan lebih perhatian. Saya heran kok suami saya seperti itu.. Karena keinginan tahu saya, dan saya sudah bosan dengan ilmu kebatinan yang membuat saya hancur, saya ingin tahu.”
Rasa ingin tahunya membuat Lily semangat ketika suaminya mengajaknya ke ibadah itu. Disana ia mendengar sebuah pesan yang mengusik hati kecilnya. “Ada satu nabi yang berkata bahwa Akulah jalan, kebenaran dan hidup.”
“Belum pernah saya dengar yang seperti itu. Kok nabi itu memiliki segala-galanya.”
Rasa penasaran Lily membuatnya ingin menguji kebenaran yang ia dengar itu, “Kalau Engkau benar nabi, jalan, kebenaran dan hidup, berikan saya anak laki-laki!”
Memiliki anak lagi adalah sesuatu yang mustahil bagi Lily. Pada saat ia melahirkan putrinya yang ketiga, ia mengalami pendarahan hebat dan dokter memperingatkan bahwa ia tidak boleh mengandung lagi karena bisa membahayakan nyawanya. Untuk itulah Lily dengan berani bernazar, “Nyatakan kuasa Tuhan bahwa Engkau benar jalan kebenaran dan hidup, berikan saya satu anak laki-laki, saya akan melepaskan semuanya. Hidup saya untuk Tuhan.”
Tuhan menerima tantangan Lily itu, beberapa bulan kemudia ia mengandung, dan selang sembilan bulan ia dan suaminya dikarunia seorang anak laki-laki yang lahir dengan sehat.
“Ketika anak itu keluar, disana saya merasakan tubuh yang saya punya di dunia ini, digantikan dengan tubuh yang baru.”
Suaminya pun sama sukacitanya menyabut kelahiran anak laki-laki tersebut, bahkan hingga melompat-lompat saat suster memberitahukan bahwa anaknya lahir sehat dan istrinya pun selamat.
Kejadian itu menghapuskan semua keraguan Lily. Dia telah menemukan bukti bahwa nabi yang ia dengar itu, telah membuktikan sebagai pribadi yang berkuasa, yang tak lain dan tak bukan adalah Tuhan sendiri.
“Tuhan itu memang satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup. Kebatinan itu hanya memuaskan sementara. Tapi ketika saya memiliki Yesus secara pribadi, damai itu memenuhi seluruh tubuh saya. Jadi satu-satunya jalan kebenaran itu hanya melalui Tuhan Yesus, itu yang saya dapatkan,” demikian tegas Lily.
Sumber Kesaksian:
Lily Gozal
Sumber : V121025190217