Suatu kali seorang mahasiswi tergesa-gesa menuju bandara karena harus menyelesaikan gelar masternya di suatu negara bagian lain di Amerika Serikat. Di tengah jalan, ia bertemu seorang wanita tua yang sedang mengalami kecelakaan kecil hingga tas yang ia tenteng jadi berantakan.
Ketika dilihatnya tidak ada seorang pun yang peduli dan menolong wanita tua tersebut, ia segera menolong membereskan barang-barangnya. Setelah sedikit berbincang ke kota mana yang akan mereka tuju si mahasiswi ini pun menenangkan hati si wanita tua tersebut dan berkata, “Tenang ya bu, sepertinya kita satu pesawat dan saya akan memberitahu pramugari bahwa ibu agak terlambat naik pesawat.”
Persis jam 10 mahasiswi tersebut memasuki ruang sidang, jantungnya berdebar kencang. “Apakah dosennya ‘killer’ atau tidak? Apakah pengujinya galak dan kejam atau tidak?” Pertanyaan-pertanyaan itulah yang menghantui pikirannya.
Namun begitu memasuki ruang sidang mahasiswi itu kaget karena diantara dosen penguji terlihat wanita tua yang sebelumnya ia tolong di bandara. Spontan wanita tua itu mengedipkan sebelah matanya seakan-akan berkata “Tenang saja, kan ada saya!”
Ternyata benar setiap kali ia dapat pertanyaan yang sulit dari dosen lain wanita tua itu dengan berbagai cara coba membantunya. Alhasil mahasiswi tersebut berhasil lulus dalam sidang tersebut.
Keberhasilan mahasiswi tersebut tidak semata-mata karena kecerdasannya melainkan juga karena peristiwa di bandara tadi, dimana ia merelakan sedikit waktu dan kenyamanannya dikorbankan demi menolong wanita tua tersebut.
Baca Juga :
Bahaya Mengandalkan Perasaan Cinta
Bila TUHAN Meminta Secara Pribadi
Agar Anak Tidak Kecanduan Jajan
Puluhan Sekolah di Jambi Memprihatinkan
Obama Menang Telak Atas Romney dalam Debat Final Capres AS
Sumber : disadur dari "life is beautiful"