Kisah Nyata Robertus: Anakku Diculik dan Disodomi

Family / 17 October 2012

Kalangan Sendiri

Kisah Nyata Robertus: Anakku Diculik dan Disodomi

PrincessPina Cahyonoputri Official Writer
20717

Masih teringat jelas dalam benak Robertus dan istrinya saat dimana mereka kehilangan buah hati tercintanya. Ketika itu, pagi 29 Desember 2007 setelah keduanya selesai doa pagi, Robertus mendapati pintu rumahnya terbuka dan keadaan ruang tamu berantakan. Pintu kamar anaknya juga terbuka, namun Rolan, anak pertamanya tidak ada di sana.

Robertus langsung membangunkan anak keduanya yang tengah tidur pulas untuk mencari tahu keberadaan kakaknya. Namun malang, sang adik tidak tahu dimana keberadaan kakaknya itu.

“Saya mulai bergerak, lalu lapor polisi,” ungkap Robertus.

Setelah polisi datang, maka mereka mulai bertanya apakah keluarga Robertus memiliki musuh. “Baru kami menyadari, yaa. Maka mereka mengambil kesimpulan bahwa ini penculikan,” ungkap Gerry Yahya, istri Robertus.

Kecurigaan polisi mengarah pada seorang tersangka yang pernah bekerja di rumah Robertus, seorang yang dulu pernah ditolong oleh keluarganya. Namun Robertus tidak pernah menyangka, bahwa kebaikannya dibalas dengan kekejian.

“Saya sudah keburu tampung dia karena dia tidak ada tempat tinggal. Makan sama-sama, tinggal sama-sama, semua kebutuhannya kita tanggung,” Robertus mengenang pemuda yang dicurigai sebagai pelaku.

Dengan sigap, polisi segera menangkap tersangka. Namun sayang, keberadaan Rolan tetap tidak diketahui. Karena tidak ada cukup bukti dan saksi yang memberatkan, maka tersangka pun dibebaskan. Robertus makin tenggelam dalam kesedihan karena tidak ada titik terang tentang keberadaan putranya itu.

“Hancur hati saya. Saya nangis. Apa yang bisa saya lakukan? Ini kan (Jakarta) luas,” kenang Robertus yang berinisiatif menyebarkan selebaran orang hilang di terminal-terminal dan tempat ramai lainnya.

“Saya hanya bisa berdoa. Kata anak saya, saya seperti orang gila. Pintu gerbang tidak boleh ditutup, saya tidur di luar dan saya menunggu dan berharap Rolan pulang,” kenang istri Robertus.

Kekalutan hati Robertus sempat membuatnya berpikir bahwa Rolan sudah meninggal. Apalagi kala itu cuaca Jakarta begitu buruk dan sering terjadi hujan badai. “Bulan Desember – Januari itu kan cuacanya buruk, bajir dimana-mana. Dengan kondisi anak saya seperti itu, saya pikir sudah tidak ada (meninggal),” ungkap Robertus.

Namun di sisi lain, dalam hati kecil Robertus terus terdengar bahwa Rolan masih hidup. Itulah yang kemudian dijadikannya pemacu semangat sehingga harapan untuk kembalinya Rolan muncul kembali.

Rolan terlahir sebagai anak penderita autis, sehingga orangtuanya sempat kecil hati dengan keadaannya. Namun seiring bertumbuhnya sang buah hati, mereka menjadi sangat mengasihi Rolan bahkan mengaku banyak belajar dari putra sulungnya itu. Sebuah lagu berjudul “Bapa Pegang Tanganku” menjadi salah satu lagu yang terus mengingatkan Gery pada putranya itu.

Tak terhitung berapa besar materi, keringat dan air mata yang dikeluarkan Robertus dan Gery untuk mencari Rolan. Bahkan mereka sempat ditawarkan seorang kerabat untuk menggunakan jasa paranormal untuk mencari Rolan, namun Robertus dan Gery sepakat menolak tawaran itu.

“Tuhan Yesus yang aku sembah adalah Tuhan yang luar biasa, saya percaya Dia,” ucap Robertus menolak tawaran itu.

Sebuah stasiun televisi kemudian tertarik untuk membantu mencari keberadaan Rolan dengan menyiarkannya dalam sebuah programnya. Di luar dugaan, cara ini sangatlah efektif. Ada sebuah telepon dari dari panti asuhan yang menyatakan mereka menemukan seorang anak yang memiliki cirri-ciri yang serupa dengan Rolan.

“’Kami belum bisa memastikan benar atau tidak, karena anak ini ditanya tidak mau ngomong’,” Gerry mengingat informasi yang diterimanya di telepon.

Naluri keibuan membuat Gerry yakin bahwa anak yang dimaksud adalah benar Rolan. Ia pun meminta pihak panti memberikan teleponnya kepada anak tersebut dan terus memancingnya membuka suara. Usaha Gery tidak sia-sia. Rolan pun membuka mulutnya dan memanggil dirinya.

“Saya dari kursi bisa merosot sampai ke bawah. Saya tidak tahu bagaimana perasaan saya saat itu. Yang cuma saya tahu, saya senang sekali anak yang saya cari-cari saat ini sudah ditemukan,” ucap Gery sambil berurai air mata.

“Antara percaya dan nggak percaya. Kaya mimpi. Sesuatu yang sudah mati hidup lagi. sungguh, sukacitanya luar biasa. Saya sampai gulung-gulung di tanah,” Robertus menambahkan.

Ketika akhirnya dipertemukan dengan Rolan, Robertus dan Gery pun terkejut saat melihat kondisi putra mereka itu. Tubuh Rolan begitu kurus, namun yang paling ditangisi mereka adalah luka di dubur Rolan yang mengindikasikan bahwa ia telah menjadi korban sodomi.

“Namun saya bersyukur karena Tuhan telah mengembalikan anak saya dengan selamat dan pasti Tuhan akan kasih pemulihan kesehatan,” ungkap Robertus.

Dengan tulus, Robertus mengaku telah mengampuni pelaku kejahatan itu. Ia belajar untuk mengikuti pengajaran Yesus, bahwa orang percaya harus bisa mengampuni terus menerus. “Tuhan mengasihi saya, juga Tuhan mengasihi dia (pelaku),” ungkap Robertus.

“Saya mengampuni si penculik karena saya tahu Tuhan mengasihi saya. Karena Tuhan juga sudah mengembalikan anak saya dalam kondisi yang hidup,” Gery menambahkan.

Saat ini Rolan telah kembali ke dalam keluarga yang menyayanginya dan kegembiraan pun tergambar di wajah mereka.


Sumber Kesaksian :

Robertus Dwiomo dan Gery Yahya

Sumber : V121017102528
Halaman :
1

Ikuti Kami