Dalam sebuah jajak pendapat ditemukan satu dari empat istri mengakui kurang cocok malah cenderung memusuhi ibu mertua mereka karena dinilai terlalu mengontrol, mengganggu, dan judes. Para istri menilai ibu mertua mereka seolah-olah ingin selalu menjadi yang paling ahli dalam hal mengasuh anak dan kerap merusak citra mereka sebagai istri baik di depan suami maupun anak.
Kita sebagai orang yang tahu akan kebenaran pun terkadang sulit melihat dengan perspektif yang tepat sehingga hubungan dengan mertua pun berjalan buruk. Lantas, apa yang harus kita lakukan?
Kita tentu ingat pada kisah Musa. Bukan tentang bagaimana dia membebaskan bangsa Israel yang akan kita bicarakan di sini, namun tentang hubungannya dengan mertuanya. Kenyataannya, Musa akrab dengan mertua dan mampu meraih simpatinya.
Kel 2:19 Jawab mereka (anak Rehuel) “Seorang Mesir menolong kami terhadap gembala-gembala, bahkan ia menimba air banyak-banyak untuk kami dan memberi minum kambing domba.”
Saat itu, Musa sedang melarikan diri dari Firaun karena telah membunuh tentara Mesir. Dia tidak memikirkan kepentingannya sendiri, namun malah menolong orang-orang yang susah di tempatnya berada. Hal ini sampai membuat Rehuel memberikan Zipora kepada Musa untuk menjadi istrinya.
Hal yang sama perlu kita teladani adalah perbuatan baik tidak mengenal tempat, waktu, maupun situasi tertentu. Biarkan mertua melihat kita apa adanya dan membuat dia berpikir dua kali jika hendak menghakimi kita sebagai orang yang tidak baik bagi anaknya.
Kel 18:7 Lalu keluarlah Musa menyongsong mertuanya itu, sujudlah ia kepadanya dan menciumnya; mereka menanyakan keselamatan masing-masing, lalu masuk ke dalam kemah.
Bersikap hormat dan menganggap mertua sebagai orangtua sendiri tentu merupakan suatu hal yang patut kita lakukan sebagai seorang menantu. Tidak peduli betapa dinginnya sikap mereka, mulailah dengan bersikap hormat, memperhatikan kesehatan mereka, dan menjamu mereka.
Kel 18:8 Sesudah itu Musa menceritakan kepada mertuanya segala yang dilakukan Tuhan kepada Firaun dan kepada orang Mesir karena Israel dan segala kesusahan yang mereka alami di jalan dan bagaimana Tuhan menyelamatkan mereka.
Tahukah kita bahwa mertua seringkali menganggap kita sebagai perebut anaknya? Karena itu, tunjukkan pada mertua bahwa dia tidak kehilangan anaknya, malah bertambah anggota keluarganya. Cara yang tepat adalah dengan menceritakan kejadian unik dan lucu yang terjadi di dalam keluarga inti kepada mertua. Kisah hidup kita pun dapat diceritakan pada saat tepat.
Kel 18:14 “Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah engkau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang?”
Itulah pertanyaan mertua Musa kepadanya. Mungkin sebagian kita mulai berpikir, “Kok mertuaku banyak nanya sih? Mau tau urusan orang aja” atau kita katakan ini di dalam hati “Emang ini urusan lu?”
Tidak dengan Musa. Dia menjawab apa adanya. Padahal kalau dipikir-pikir dia adalah orang besar di hadapan umat Israel. Bahkan ketika mertuanya memberikan solusi, Musa mengikutinya.
Memang tidak semua solusi dari mertua, yang katanya banyak makan garam dunia itu 100 persen pasti benar ataupun berhasil, namun kita perlu menunjukkan kepada mertua bahwa kita menghargai setiap perkataan yang dia katakan.
Dengan begitu, bisa jadi mertua akan berbalik arah dan mengubah cara berpikirnya yang buruk tentang kita menjadi baik. Bukan tidak mungkin, pada akhirnya pemikiran kita maupun mertua tentang masing-masing yang sebelumnya salah bisa berubah dan bisa makin lengket.
Sumber : jawaban.com-metrotv by lois horiyanti