Ketika yang Terkasih Divonis Penyakit Mematikan

Single / 2 October 2012

Kalangan Sendiri

Ketika yang Terkasih Divonis Penyakit Mematikan

PrincessPina Cahyonoputri Official Writer
3914

Setiap orang tentu ingin dirinya dan orang-orang yang dikasihinya terhindar dari penyakit. Namun bagaimana jika saudara, sahabat atau kekasih kita divonis dokter menderita sakit penyakit yang mematikan. Bagaimana seharusnya kita merespon tragedi ini dan menemani mereka hingga akhir hidup mereka? Berikut beberapa hal yang mungkin bisa menjadi pedoman Anda :

Menjadi Sahabat yang Baik

Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi saudara dalam kesukaran. (Amsal 17:17).

Vonis dari dokter kemungkinan besar akan menjadi beban bagi pasien. Bahkan tak jarang, hal ini membuat sikap mereka berubah menjadi lebih sensitif sehingga cenderung pemarah atau justru pemurung. Disinilah kita harus bisa berperan sebagai seorang sahabat yang baik sehingga bisa memaklumi perubahan emosi yang mungkin terjadi.

Selalu berikan dia dukungan, terutama ketika kondisinya memburuk. Menyanyikan lagu favoritnya, atau menemaninya menonton film kesukaannya bisa menjadi salah satu alternatif dukungan. Intinya, buatlah dia yakin bahwa kelemahan tubuh bukanlah halangan untuk melakukan apa yang disukainya, sejauh hal itu positif dan tidak merugikan kesehatannya.

Melihat Sakit Penyakit Dari Kacamata Allah

"Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena pernyataan-pernyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan iblis untuk mengocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri." (2 Korintus 12:7).

Sakit penyakit bukanlah identifikasi seseorang kurang iman. Dikutip dari buku "Rencana Allah Bagi Kehidupan Anda" tulisan J.I Packer, sakit penyakit tidak menjadi halangan bagi orang kristen untuk mempercayai kebaikan Tuhan. Ingatkan kekasih kita, bahkan rasul Paulus dalam pelayanannya yang luar biasa, masih diizinkan Tuhan mengalami sakit penyakit. Namun hal itu tidak membuatnya menuduh Allah jahat, atau tengah menghukumnya, sebaliknya ia sadar itu adalah cara Allah untuk melindunginya. 

Mujizat Sejati

“Tetapi jawab Tuhan Kepadaku: ‘Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna’” (2 Korintus 12:9).

Penyakit terburuk seperti kesombongan, keangkuhan, kepahitan dan egoisme, jauh lebih berbahaya dari sekedar penyakit jasmani. Kita boleh dan bahkan harus terus mendoakan kesembuhan kekasih kita, namun yang harus tetap kita ingat, kesembuhan dari penyakit rohani lebih luar biasa daripada sekedar sembuh dari penyakit jasmani. Kita harus memahami bahwa Allah kerap menggunakan sakit penyakit ataupun kelemahan tubuh lainnya sebagai pahatan untuk mengukir hidup kita.

Sumber : jawaban.com/vina cahyonoputri
Halaman :
1

Ikuti Kami