Gubernur Bank Indonesia (BI), Darmin Nasution mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif masih belum diimbangi oleh kemampuan menghasilkan barang modal dan ini membuat Indonesia terpaksa impor. Di sisi lain, jika pemerintah tetap tidak menaikkan harga BBM, maka akan membuat impor BBM itu semakin besar sehingga defisit transaksi berjalan makin melebar.
Dia menilai, kondisi tersebut jauh berbeda bila dibanding 10 tahun terakhir. Pada tahun 2005 saat kuartal kedua, pernah terjadi defisit. Penyebabnya karena impor tinggi dan mini krisis. Saat itu, yang dilakukan pemerintah adalah menaikkan harga BBM. “Kemudian BI menaikkan policy ratenya atau BI ratenya, ditambah lagi kurs rupiah melemah, dalam waktu 1-2 kuartal adjustment (penyesuaian, red) selesai, PE kembali normal,” tuturnya. Kondisi itu terulang pada tahun 2008.
Sayangnya, proses perbaikan defisit kali ini bakal memakan waktu lebih lama karena pembatalan kenaikan harga BBM. Hal ini bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini berada di kisaran 6.1-6.5%, dengan titik tengah 6.4% di tahun ini. Menurutnya, kuartal II 2012 defisit transaksi berjalan sudah mencapai US$ 6.1 miliar. Ditambah lagi perekonomian dunia yang belum baik dan ikut mempengaruhi Indonesia, hal ini tentunya berbahaya.
Siklus yang saling mempengaruhi ini memang meresahkan. Jika BBM dinaikkan, sama seperti kejadian dulu dimana akan ada banyak demo. Jika tidak dinaikkan, defisit transaksi Indonesia semakin tinggi. Diperlukan pakar yang mampu menjawab semua masalah ekonomi yang menimpa Indonesia agar perekonomian di Indonesia, bagaimanapun caranya, menjadi lebih baik dan rakyat pun sejahtera.
Baca Juga :
Chord Lagu : Toby Mac - Me Without YOU
Telepon Genggam Jauh Lebih Jorok Daripada Toilet
Kekalahan Iblis dalam Peperangan
Forum : Antara Suka - Sayang - Cinta
Sumber : inilah by lois horiyanti/jawaban.com