Di tengah meningkatnya isu SARA dan intoleransi yang terjadi di Indonesia, kerukunan antar umat beragama menjadi suatu hal yang mahal dan perlu dijaga kelangsungannya. Namun lambang kerukunan antar umat beragama yang terdapat di daerah Tanjung Priok, Jakarta, terancam musnah karena penggusuran pembangunan jalan tol. Proyek pembangunan ini akan melakukan perluasan jalan yang memakan lahan sekitar 17-30 meter dari lokasi jalan.
Gereja Protestan Mahanaim dan Masjid Al-Muqarrabbin adalah dua tempat ibadah yang berdiri bersebelahan dan berhadapan dengan pintu Pos 8 Pelabuhan Tanjung Priok. Tidak hanya bangunan yang bersebelahan, kerukunan antar jemaat dari masing-masing umat ini sangat harmonis dan telah terjalin selama puluhan tahun.
Gereja Protestan Mahanaim lebih dahulu berdiri di tahun 1957. Dua tahun kemudian, masjid didirikan persis di sebelahnya sehingga kedua bangunan ini menggunakan satu tembok yang sama di salah satu sisi bangunannya. Kedua bangunan ini terletak di Jalan Enggano No. 52, Tanjung Priok.
“Pihak masjid dan gereja jelas menolak. Masjid-gereja ini contoh kerukunan umat beragama. Sangat langka antara tempat ibadah hanya dipisahkan satu tembok,” ujar Tawakal, ketua Masjid Al-Muqarrabin, sebagaimana dilansir Kompas, Senin (3/9).
Tawakal mengungkapkan bahwa pemberitahun penggusuran telah disampaikan sejak 4 bulan yang lalu lewat surat edaran. Penggusuran akan dilakukan tahun ini atau paling lambat tahun 2013, menunggu pembangunan jalan tol menuju Pelabuhan Tanjung Priok.
Tawakal mengakui bahwa letak bangunan yang berdampingan memang sangat unik. Terlebih lagi warga yang berbeda keyakinan selalu menjaga toleransi antar umat beragama dengan saling mendukung dan membantu ketika ada acara keagamaan masing-masing pemeluk agama. Dan hal itu telah dilakukan selama lebih dari 50 tahun.
Tawakal juga mengutarakan kekuatiran akan timbulnya gejolak akibat penggusuran ini. Pasalnya dengan luas tanah 1.500 meter persegi dan luas bangunan mencapai 3.000 meter persegi, jemaah masjid telah mencapai 4.000 orang. Otomatis rencana penggusuran itu mendapat penolakan dari umat.
“Tolong mengenai penggusuran dikaji ulang. Ini kan dua titik sentral umat Islam dan Kristen. Takutnya terjadi gejolak besar. Mereka (umat) jelas menolak,” ungkap Tawakal yang juga merupakan anak dari almarhum pendiri masjid, Muhammad Tawakal Azis.
Tidak hanya pihak masjid, ketua Jemaat Gereja Mahanaim Pendeta Tatalede Barakati juga menyayangkan rencana penggusuran. Karena umat di masjid dan gereja sudah seperti saudara kandung, bahkan lebih. Menanggapi penggusuran, pihak gereja telah membangun tempat relokasi di Jalan Melur I, Kelurahan Rawa Badak Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
Sangat disayangkan bagaimana lambang kerukunan antar umat beragama di Jakarta ini harus musnah atas nama pembangunan. Padahal dengan mempertahankan kehidupan antar umat beragama yang mengedepankan toleransi ini, dapat menjadi titik awal berkembang dan menyebarnya nilai-nilai persatuan dan kesatuan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI.
Baca Juga Artikel Lainnya: