Menikmati Tuaian Di Masa Tua

Investment / 13 August 2012

Kalangan Sendiri

Menikmati Tuaian Di Masa Tua

Hot Triany Nadapdap Official Writer
4461

Saya (penulis buku, red.) mengenal seorang laki-laki, gembala dari jemaat lokal yang tinggal tak jauh dari saya. Dia telah menjadi pendeta selama 40 sampai 50 tahun dan tak pernah bisa memperoleh lebih dari $15,000 sampai $20,000, bahkan dalam tahun yang baik. Pendeta ini menabur dan menanam apa yang ada di tangannya, meski tak sesuai dengan standar dunia ini.

Benih yang ditanam di Kerajaan Allah dan di bank bertumbuh. Dia tahu sejak awal bahwa talenta yang Allah taruh di tangannya hanyalah benih untuk ditanam. Dia pensiun beberapa tahun lalu dan di rekeningnya telah terkumpul lebih dari sejuta dollar. Haleluya! Hal itu sungguh tidak pernah terpikirkan olehnya.

Sama dengan cerita mengenai menanam kekayaan sang Tuan, Yesus memerintahkan pengikutNya untuk “melakukan usaha” dengan apa yang telah dipercayakan kepada mereka (lihat Lukas 19:11-13). Kesejahteraan mulai sebagai sikap di dalam pikiran. Bila mulai di dalam pikiran, bisa berakhir dengan apa yang diperoleh di tangan kita. Namun bila kita tak pernah memulainya di pikiran, tangan kita tak akan memperoleh apa pun. Karena itu beberapa orang tetap miskin, meskipun mereka mendapatkan ratusan juta rupiah sebulan.

Alasan mengapa kesejahteraan diberikan adalah untuk menghasilkan kemurahan – kebebasan sehingga berkat-berkat Allah bisa mengalir melalui tangan kita untuk menegakkan tujuan Allah di bumi ini. Allah yang memberi kita kemampuan untuk membangun kesejahteraan. Tetapi semua dimulai dengan menanam benih bukan menguburkannya.

Tetapi haruslah engkau ingat kepada Tuhan, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkanNya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini. Tetapi jika engkau sama sekali melupakan Tuhan, Allahmu, dan mengikuti allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya, aku memperingatkan kepadamu hari ini, bahwa kamu pasti binasa. (Ulangan 8:18-19).

Keyakinan kita bukan karena apa yang ada di tangan kita, melainkan apa yang ada di hati Allah. Bila kita mempercayai Allah dan menabur untuk KerajaanNya, Dia akan memberikan apa yang kita perlukan. Paulus berkata, “Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaanNya memberikan kita segala sesuatu untuk dinikmati (1 Timotius 6:17).

Saya melihat orang-orang banyak bergumul tanpa alasan yang benar. Mereka telah menggali lubang dan mengelilingi mereka sendiri dengan hal-hal yang dipercaya akan melindungi mereka. Mereka menggali kuburan ke ruangan mereka sendiri dan di atas kuburan terdapat batu nisan bertuliskan “R.I.P.” – Rest in Poverty, istirahat dalam kemiskinan.

Tidak terlalu terlambat. Dimanapun kita dan sedalam apapun lubang yang telah kita gali, kita masih bisa mendaki keluar dari situ. Tak perlu lagi membesarkan generasi lain di lubang yang sama. Allah menunggu kita untuk mengubah pikiran kita dan keluar dari lubang-lubang yang telah kita gali atau yang digali oleh ayah kita. Pada akhirnya, Ia akan menerima kemuliaan. Ia akan memberikan nyanyian baru di hati kita – cara baru untuk hidup di luar lubang.

“Aku sangat menanti-nantikan Tuhan; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong. Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu, menetapkan langkahku, Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada Tuhan. (Mazmur 40:1-3).

Mitra CBN, betapa bersyukur dan mulianya kita di mata Tuhan karena selalu ada pengharapan di dalam Dia. Bagaimanapun kehidupan kita di masa lalu, Tuhan sanggup mengubahkannya menjadi kebahagiaan. Terpujilah Tuhan!

Sumber : Disadur dari: Buku Strategies for Financial Breakthrough (Eugene Strite)
Halaman :
1

Ikuti Kami