Beberapa persoalan yang sering terjadi dan menghampiri para jemaat gereja di seluruh dunia, umumnya adalah kurangnya komunikasi aktif dan jiwa saling memiliki. Terutama di Indonesia, masalah kegagalan komunikasi ini sering dialami warga jemaat gereja.
Kali ini kurangnya komunikasi tersebut dialami warga jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Nommensen yang berlokasi di Jalan Rumah Sakit, Kelurahan Pulu Brayan, Kecamatan Medan Timur, Medan, Sumatra Utara, Minggu (5/8). Hanya karena ketidaksetujuan atas prosesi pelantikan pendeta yang lama dengan pendeta yang baru, mereka saling terlibat kericuhan.
Hal ini terjadi ketika rombongan perwakilan HKBP Distrik 10 Sumut-Aceh yang membawa pendeta Sabam Marpaung, serta pendeta yang baru Togar Purba ingin memasuki halaman gereja HKBP di Jalan Rumah Sakit, Pulu Brayan, Medan. Namun ratusan jemaat yang sebelumnya menolak rencana pelantikan, langsung menghadang dan mengusir mobil rombongan perwakilan.
Keributan diantara kedua pihak warga jemaat tidak terelakan. Bahkan kericuhan terjadi hingga dorong-dorongan. Puluhan petugas Kepolisian Polresta Medan akhirnya turun tangan untuk melerai dan memisahkan kedua kelompok warga jemaat tersebut. Akhirnya prosesi pelantikan pendeta itupun batal.
Seharusnya kericuhan tidak semestinya terjadi diantara warga jemaat. Terlebih, hal yang dipersoalkan hanyalah masalah prosesi pelantikan pendeta yang merupakan bagian dari acara dan seremonial saja. Padahal tujuan utama dari pentahbisan seorang pendeta adalah adanya kepemimpinan bagi jemaat yang berlandaskan Firman Tuhan dan bukan hanya seremonial belaka.