Dua orang warga Amerika Serikat, termasuk seorang pendeta di Boston, yang disandera di Mesir pekan lalu telah dilepaskan Senin (16/7), demikian pengakuan seorang pejabat Mesir.
Rev. Michel Louis, pendeta dari Eglise de Dieu de la Pentecote, dan anggota gereja bernama Lissa Alphonse sedang berada di Tanah Suci dalam rangka tur rohani ketika mereka diculik oleh kelompok Badui Mesir di jalan Sinai.
Salah seorang anggota kelompok Badui Mesir, Jirmy Abu Masuh menyatakan jika ingin kedua turis selamat maka pemerintah setempat harus membebaskan pamannya, yang saat itu berada di penjara karena tidak membayar suap kepada polisi. Namun, tuntunannya ini tidak dipenuhi oleh para pejabat Mesir.
Akhirnya, setelah tiga hari negosiasi, Abu-Masuh melepas tahanan untuk para pejabat keamanan dekat Sinai utara kota el-Arish.
"Kami adalah orang yang penuh kasih dan mereka tidak ada hubungannya dengan ini," kata Abu-Masuh, mengacu pada para sandera dibebaskan.
Para pejabat Mesir mengatakan orang-orang Amerika ini berada dalam "kondisi baik."
"Mereka di markas keamanan dengan kami sekarang .... Negosiasi berhasil, tapi kami tidak menyerah pada tuntutan para penculik," kata Jenderal Ahmed Bakr, kepala keamanan di Sinai Utara, sebagaimana dirilis CNN, Senin (17/7).
Pendeta, yang mengidap diabetes ini, dikabarkan menawarkan dirinya sebagai sandera untuk ditukar dengan Alphonse.
"Perhatian-satunya yang kita miliki saat ini adalah bahwa ia adalah diabetes, dan semakin lama mereka menahannya, aku menganggap itu tidak akan bekerja dalam mendukung," kata putra Louis, Jean, kepada wartawan sebelum ayahnya dilepas.
Pendeta Louis 'mengambil perjalanan ke Israel setiap tahun. Tahun ini bus wisata mereka menyeberang ke Mesir.’
"Dia telah melakukannya selama empat tahun terakhir sekarang, dan ini hanya berubah menjadi sedikit berbeda dari tahun lainnya," ungkap Jean.
Sementara itu, Rev Louis mengatakan kepada CNN ia bersyukur kepada Tuhan atas pembebasannya, serta sandera lainnya.
Keluarga pendeta tersebut menyatakan Senin bahagia itu merupakan akhir dari jawaban doa mereka.
"Saya gembira saya tidak punya kata-kata untuk mengekspresikannya," kata Jean Louis. "Saya hanya ingin bersama keluarga saya, saya ingin mendengarkan suara ayah saya. Saya ingin mendengar suara ibu saya. Terima kasih, terima kasih banyak."
Insiden penculikan di Semenanjung yang terjadi hari Jumat lalu adalah ketiga kalinya tahun ini yang melibatkan warga Amerika Serikat sebagai sandera para penculik.
Sekali lagi, kuasa doa terlihat di tengah-tengah kehidupan manusia. Ia kembali menunjukkan kepada setiap bahwa kita bahwa apa yang sepertinya mustahil terjadi, tetapi karena kita berdoa kepada Tuhan maka semua yang mustahil itu dapat menjadi mungkin.
Baca juga :
Forum JC : Kopdar Photo Hunting
Foke : Kalau Ngga Mau Banjir, Jangan Salah Pilih Lagi
Sumber : cbn.com / budhianto marpaung