Sebagai ibukota negara Reupblik Indonesia, Jakarta sudah tentu menjadi barometer dan titik fokus pusat perhatian masyarakatnya. Terlebih hari ini, salah satu kota terpadat didunia yang berusia ke-485 ini akan menggelar Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) akan berlangsung.
Sebanyak enam pasangan akan yang bersaing akan segera menghadapi hasil suara, siapa yang menjadi pilihan masyarakat untuk memimpin Jakarta selama 5 tahun kedepan. Berbagai cara dan strategi tentu dimanfaatkan oleh masing-masing tim sukses demi menarik perhatian masyarakat agar merasa diyakinkan dan menetapkan pilihan.
Namun ada juga berbagai cara negatif yang dilakukan guna menjegal sesama kandidat agar citranya jatuh dimata masyarakat, bahkan agar bisa gugur karena pelanggaran sebelum pemilihan tiba. Bahkan salah satu yang diwaspadai dari bentuk cara negatif tersebut adalah adanya “serangan fajar” tepat di pagi hari seperti ini untuk mendulang massa agar mau mencoblos satu pilihan tertentu.
Bentuk serangan fajar itu biasanya adalah pemberian uang dan berbagai hal lainnya yang dianggap akan mempengaruhi masyarakat untuk mencoblos satu pasangan tertentu. Seperti diungkapkan peneliti Indonesia Corruption Watch, Apung Widadi bahwa ada modus lain yang harus diwaspadai adalah transaksi setelah pencoblosan. “Modusnya ada pencatatan terhadap mereka yang sudah memilih,” ungkapnya.
Bentuk lainnya adalah pemberian uang transportasi saat hari pemilihan. Hal ini terjadi karena banyak warga Jakarta yang memiliki hak pilih tapi tinggal di daerah penyangga seperti Bekasi. Untuk menuju lokasi pemungutan suara, tim sukses akan memberikan uang transportasi. Menurutnya situasi ini seharusnya masuk kategori politik uang.
Untuk itulah dirinya menghimbau agar para saksi dari masing-masing calon untuk saling mengawasi. Tidak hanya mengamankan kandidatnya, tapi juga mengawasi kecurangan yang dilakukan kandidat lain. Seperti juga himbauan calon gubernur DKI Jakarta jalur independen, Faisal Basri agar warga Jakarta cerdas dalam memilih pemimpin Jakarta, bukan karena hadiah.
"Gunakan hati bersih dalam memilih. Jangan tergiur sesuatu hadiah yang sudah dan akan diberikan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Masyarakat harus aktif menjaga kualitas pemilu agar terwujud demokrasi yang sehat," kata Faisal melalui siaran persnya.