Rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang akan menghapuskan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur tertulis dipandang positif oleh Rektor Universitas Gajah Mada Yogyakarta Pratikno.
"Ke depan, sistem penerimaan mahasiswa semakin lama akan disederhanakan, yakni sistem evaluasi menjadi satu kesatuan utuh antara SMA dan PTN," demikian penjelasan Pratikno yang dikutip oleh AntaraNews, Senin (9/7).
Karena ujian tertulis SNMPTN dihapus, maka menurut Pratikno kuota jalur undangan akan bertambah dari sebelumnya hanya 40 persen menjadi 60 persen. Kuota sebesar 60 persen tersebut akan dibagi menjadi undangan tanpa ujian tulis dan undangan dengan ujian tulis untuk mengakomodasi lulusan tahun sebelumnya.
Dengan penghapusan ujian tulis SNMPTN, maka proses seleksi akan berdasarkan nila Ujian Nasional (UN) dan juga rapor. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi UN dan juga integrasinya dengan perguruan tinggi.
Namun meskipun ujian tulis SNMPTN dihapuskan, Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tetap diberi kesempatan untuk memberikan ujian mandiri. Ujian mandiri tersebut dapat dilakukan oleh masing-masing PTN maupun bersama antar universitas.
Kabar baiknya, menurut Rektor UGM Pratikno, rencananya mereka yang masuk melalui jalur mandiri tidak ada kenaikan biaya pendidikan, hal ini dikarekan kebutuhan pendidikan akan dipenuhi melalui Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN).
Banyak anak-anak yang baru lulus sekolah menengah mengharapkan bisa masuk PTN, demikian juga para orangtua. Namun mengingat kapasitas dan peminat yang tidak sebanding, maka seleksi masuk PTN menjadi sangat ketat. Hal inilah yang seringkali memicu tindakan curang seperti penggunaan joki saat ujian SNMPTN. Tindakan penghapusan ujian tulis SNMPTN ini kemungkinan untuk menghindari kecurangan-kecurangan yang mungkin terjadi dan membuat seleksi lebih ketat melalui hasil Ujian Nasional dan nilai rapor.
Baca juga artikel lainnya :