Abaikan Toleransi Beragama, SBY Kehabisan Waktu

Internasional / 3 July 2012

Kalangan Sendiri

Abaikan Toleransi Beragama, SBY Kehabisan Waktu

Lestari99 Official Writer
4483

Banyak pihak yang meragukan kemampuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyikapi diskriminasi dan kekerasan atas nama agama yang bertumbuh semakin subur di negeri Indonesia. Dalam delapan tahun pemerintahannya, SBY dianggap tidak mampu berbuat apa-apa dalam mencegah kekerasan agama. Sehingga mustahil untuk berharap terjadinya perubahan dalam sisa dua tahun kepemimpinannya.

“Banyak laporan dari publik nasional maupun internasional yang bukannya diafirmasi dan ditindaklanjuti dengan langkah konstruktif namun justru suara tersebut disangkal sambil terus membiarkan peristiwa terjadi,” ungkap Hendardi yang juga merupakan Ketua Setara Institut saat menyampaikan laporan tengah tahun Januari hingga Juni 2012 tentang Kondisi Kebebasan Beragama/Berkeyakinan di Indonesia, pada Senin (2/7).

Hasil pemantauan Setara Institute di 23 daerah beserta pengumpulan data dari institusi keagamaan dan pemerintah, sepanjang Januari hingga Juni 2012 terjadi 129 peristiwa dengan 179 tindakan kekerasan terhadap kebebasan beragama atau berkeyakinan di seluruh Indonesia. Sebanyak 68 bentuk tindakan dilakukan oleh aktor negara dengan mayoritas 19 tindakan penyegelan tempat ibadah dan 16 pembiaran. Ironisnya, aparat negara yang menjadi pelaku pelanggaran ternyata masih cukup tinggi.

“Institusi negara yang paling banyak melakukan pelanggaran adalah pemerintah daerah dengan berbagai perangkat pemerintahannya sebanyak 26 tindakan, lalu kepolisian dengan 24 tindakan. Pemda dan kepolisian memasukkan unsur kepentingan masing-masing di tengah lemahnya intervensi pusat dalam menyelesaikan, akibatnya kekerasan terjadi, apalagi menjelang Pemilu 2014,” ungkap Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos.

Sedangkan aktor non-negara didominasi kelompok warga dengan 39 tindakan, Majelis Ulama Indonesia 10 tindakan, Front Pembela Islam 9 tindakan. Korbannya adalah kelompok agama tertentu (Kristiani) 39 perstiwa, individu 20 peristiwa, aliran agama 14 peristiwa, Syiah 15 peristiwa dan Ahmadiyah 12 peristiwa.

“Kekerasan ini muncul akibat pembiaran negara dalam menyikapi kekerasan yang dilakukan aktor non negara. Sejak 2007 dilakukan pemantauan, kondisi kebebasan beragama dan berkeyakinan mengarah pada situasi dimana negara tampak tidak punya kuasa untuk mengatasi persoalan pelanggaran kebebasan. Bahkan cenderung semakin destruktif,” ungkapnya.

Lemahnya penegakan hukum dalam menyelesaikan kasus-kasus ini ditenggarai menjadi semakin meningkatnya angka kekerasan dan lemahnya toleransi beragama di Indonesia. Terlebih lagi di balik beberapa kasus ini melibatkan aktor negara. Indonesia sangat membutuhkan seorang pemimpin yang kuat dan berwibawa yang berani mengambil keputusan tegas untuk mengatasi masalah-masalah seperti ini. Karena toleransi beragama menjadi suatu hal yang sangat vital dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara di tengah keberagaman agama yang ada di Indonesia.  

 

Baca Juga:

Sumber : ucanews
Halaman :
1

Ikuti Kami