Perjuangan untuk menuntut persamaan hak dan kebebasan beribadah bagi kaum minoritas terus dilakukan. Terutama setiap dua kali dalam sebulan tiap hari Minggu, diadakan aksi damai dan ibadah di depan Istana Negara Jakarta. Sejumlah tokoh dan aktivis baik dalam dan luar negeri turut mendukung aksi ini.
Seperti yang dilaksanakan pada Minggu (24/6) dimana sekitar 200 jemaat dari GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia melakukan aksi damai dan ibadah minggu. Kali ini aksi damai dihadiri Pendeta Palti Panjaitan dari HKBP Filadelfia, Sekretaris Jenderal Dewan Gereja se-Dunia, Pendeta Dr. Olav Fykse Tveit, dan Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Pendeta Gomar Gultom.
Pendeta Dr. Olav Fykse Tveit ikut menyampaikan aspirasi dan dukungannya terhadap perjuangan ini. Dirinya menyampaikan keprihatinan dan penyesalan besar atas diskriminasi yang terjadi pada jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia. “Semua umat, baik Kristen, Islam, Buddha, Yahudi, dan lain-lain, untuk dapat beribadat dirumah ibadahnya masih-masing, sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing,” serunya.
Dirinya juga mengatakan bahwa negara harus memastikan semua warga negaranya menjalankan ibadah dengan tenang dan aman diamanapun mereka berada. Dan Indonesia, menurutnya akan diberkati jika keragaman itu dilindungi. “Indonesia, dalam keragamannya, justru akan mendapatkan berkat, bila keragaman yang ada pada Indonesia, dilindungi, dan dipelihara, oleh negara,” lanjutnya.
Semua hal yang positif telah dilakukan umat minoritas dalam memperjuangkan hak-nya. Dengan aksi damai dan doa yang dipanjatkan, perjuangan tersebut seharusnya telah cukup untuk membuka telinga dan mencelikan mata pemerintah bahwa terdapat warga negaranya yang masih tertindas di negara yang menganut paham demokrasi ini.
Baca Juga:
Sumber : ucanews.com - niel