Hasil Survei: India Negara Terburuk Bagi Perempuan

Nasional / 15 June 2012

Kalangan Sendiri

Hasil Survei: India Negara Terburuk Bagi Perempuan

PrincessPina Cahyonoputri Official Writer
4419

Di tengah perkembangan teknologi yang makin canggih, serta arus modernisasi yang kuat, masih banyak negara-negara yang belum bisa memberikan kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki. Kuatnya pengaruh budaya membuat banyak hak perempuan yang diabaikan bahkan harus mengalami tekanan sosial.

Menurut survei yang dilakukan oleh Yayasan Thompson Reutors, dari 19 negara di dunia, India, Arab Saudi dan Indonesia adalah tiga negara terburuk bagi kaum perempuan. Laporan tersebut dikaji berdasarkan beberapa faktor, mulai dari pendidikan, layanan kesehatan, kesempatan kerja, hingga kekerasan terhadap perempuan.

India menjadi negara terburuk, karena di sana kerap terjadi pembunuhan anak, perkawinan di bawah umur dan perbudakan bagi kaum perempuan."Di India, perempuan dijual seperti budak, dipaksa menikah di usia 10 tahun, dan dibakar hidup-hidup hanya gara-gara sengketa mas kawin. Selain itu, gadis-garis remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dieksploitasi dan dilecehkan,” kata Gulshun Rehman, penasehat pengembangan program kesehatan untuk organisasi sosial Save the Children, yang terlibat dalam survei ini seperti dilansir dari BBC, pada Rabu (13/6).

Padahal menurut Rehman, pemerintah India sudah mencoba untuk melakukan perlindungan terhadap perempuan. Perlindungan tersebut berupa pengesahan undang-undang yang melarang semua bentuk kekerasan terhadap perempuan pada 2005. Namun rupanya budaya melekat lebih kuat dibanding undang-undang yang telah ditetapkan itu.

Merubah paradigma yang telah melekat erat dengan budaya tertentu memang bukanlah hal yang mudah. Namun demikian, pemerintah harus terus memberikan edukasi yang dapat merubah paradigma sempit yang terlanjur melekat di masyarakat, serta memberikan sanksi yang lebih tegas dan keras  terhadap setiap pelanggaran pada perlindungan perempuan tersebut. 

Sumber : bbc/vina cahyonoputri
Halaman :
1

Ikuti Kami