Setiap Hari 5 Bocah Tewas di Afghanistan

Nasional / 14 June 2012

Kalangan Sendiri

Setiap Hari 5 Bocah Tewas di Afghanistan

PrincessPina Cahyonoputri Official Writer
3767

Hampir pada setiap perang, anak-anak selalu menjadi korban yang paling dirugikan. Mulai kehilangan orangtua, keluarga dan tempat tinggal, bahkan sampai kehilangan nyawa mereka sendiri. Setelah laporan yang dirilis PBB tentang pasukan pemerintah dan oposisi Suriah menggunakan anak-anak sebagai tameng hidup, laporan serupa juga disampaikan untuk perang di Afghanistan.

Menurut laporan PBB, setiap satu hari ada lima bocah Afghanistan yang tewas atau minimal luka-luka berat. Angka ini meningkat lebih dari 25 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Dalam laporan tersebut disebutkan, 1.756 anak-anak tewas atau luka dalam perang di Afghanistan pada 2011, rata-rata 4,8 anak sehari, sementara 1.396 orang pada 2010. UNICEF juga melaporkan, lebih dari 300 anak dibawah usia 18 tahun telah dilatih untuk berperang sebagai pasukan gerilya dan pembawa bom.

Vidhya Ganesh, salah satu perwakilan UNICEF mengungkapkan keprihatinannya pada kondisi ini. Dia menghimbau agar semua pihak yang terkait dengan perang ini lebih memperdulikan nasib anak-anak. "Kematian anak-anak adalah tragedi. Tingkat penderitaan tak terhindari anak-anak, seperti dalam laporan Sekretaris Jenderal itu, sama sekali tidak dapat diterima Sangat penting semua pihak dalam kemelut itu melakukan segala cara, segera, untuk melindungi kehidupan dan hak dasar anak-anak Afghanistan," jelas Vidhya Ganesh.

Pemerintah Afghanistan pun tidak tinggal diam, pada Februari lalu misalnya, aparat kepolisian telah berhasil menyelamatkan 41 anak, beberapa berusia enam tahun, dari upaya penyelundupan ke Pakistan untuk dilatih sebagai pembom jibaku. Selain sebagai pembom jibaku, banyaknya korban anak ini dikarenakan faktor ekonomi, sehingga banyak anak yang harus bekerja di jalanan dan menjadi mangsa pemboman Taliban serta kekerasan yang lain.

Sangat ironis bahwa orang dewasa yang seharusnya melindungi anak-anak justru memanfaatkan mereka untuk kepentingan mereka sendiri, bahkan sama sekali tidak memperdulikan keselamatan anak-anak itu. Ketika kasih menjadi dingin, maka kekerasan akan menjadi bahasa untuk menyampaikan segala sesuatu. Mari doakan untuk kedamaian dunia ini, semoga tidak ada lagi peperangan masyarakat bisa hidup damai.

Sumber : antaranews/vina cahyonoputri
Halaman :
1

Ikuti Kami