Dr Geoff Tunnicliffe, Sekretaris Jenderal dari World Evangelical Alliance (WEA), bertemu dengan direktur Administrasi Negara untuk Urusan Agama (SARA) Cina pada 10 Mei lalu untuk membahas posisi Gereja Injili Cina dalam komunitas Kristen global.
Pertemuan yang berlangsung di Beijing tersebut sendiri adalah yang ketiga kalinya dan ini merupakan bagian dari proses membangun hubungan yang berkelanjutan dengan China Christian Council(CCC) dan pemerintah, demikian pernyataan resmi WEA.
Selama beberapa tahun terakhir Cina mengalami lonjakan kehidupan rohani yang luar biasa khususnya bagi Kekristenan. Namun begitu, agama tetap menjadi subjek sensitif di negara Komunis ini.
Membangun hubungan melalui dialog terbuka adalah tujuan utama dari upaya bersama antara pejabat China dan organisasi-organisasi Kristen, demikian ungkap Tunnicliffe sebagaimana dikutip dari christianpost, Sabtu (26/5).
"Sebagai bagian dari keluarga Kristen global, kita harus secara terbuka terlibat dengan Gereja di Cina," kata Tunnicliffe.
Sekjen WEA itu menegaskan bahwa pertemuan dua jam telah terjadi dengan SARA. Tujuan dari pertemuan ini sendiri adalah untuk mengatasi kekhawatiran pemerintah Cina akan pengaruh organisasi di luar komunis dan ajaran-ajaran gereja-gereja kepada warga negaranya.
Meski terasa lambat, tetapi pemerintah Cina sudah sedikit demi sedikit sudah membuka diri kepada kekristenan. Walau masih banyak pihak yang menganggap bahwa keterbukaan yang ditampilkan adalah rekayasa pihak otoritas setempat, tetapi mari berdoa agar kebebasan menganut dan mengekspresikan kepercayaan di negeri tersebut benar-benar terjadi. Tidak ada yang tidak mungkin di hadapan Tuhan. Seluruh rakyat Cina pada waktunya pasti dapat leluasa mendengarkan injil dan orang-orang Kristen disana dapat menyembah Tuhan dengan lepas, tanpa tekanan.
Baca juga :
Nuah Tarigan, Perjuangan Panjang Memandirikan Penderita Kusta
Julita Manik : Saya Terbantu Sekali dengan Jawaban.com
Sumber : christianpost.com / budhianto marpaung