World Prayer Assembly 2012 yang sentral dilaksanakan di Jakarta, juga ikut dilaksanakan oleh sejumlah Hamba-Hamba Tuhan dari berbagai denominasi Gereja di Maluku Kamis (17/5) malam. Dalam kegerakan doa yang dipimpin oleh Gubernur Maluku Karel Ralahallu dan Walikota Ambon Richard Louhenapessy ini, terkhusus mendoakan persatuan di Kota Ambon, yang beberapa hari ini sempat tidak kondusif.
Doa yang dilaksanakan di Baileo Oikumene itu dipimpin oleh Gubernur Maluku yang mengingatkan bahwa momentum doa sedunia ini kembali mengingatkan kita untuk intropeksi dengan bertanya kepada diri masing-masing sebagai umat, sebagai Hamba Tuhan dan sebagai Gereja. “Insiden Hari Pattimura kembali meodai kebersamaan yang telah kita bangun bersama, sebagai umat percaya saya mengajak kita merengungkan kembali kenapa ini harus terjadi,” ujar Karel.
Gubernur juga mengingatkan kepada masyarakat bahwa di kala dalam keadaan konflik, doa menjadi andalan, doa menjadi harapan dan doa menjadi kekuatan warga dimana-mana. Menurut dia, fenomena umat yang setia bertekun dalam doa itu, pernah disaksikan ketika Maluku dilanda konflik beberapa tahun lalu.
“Namun sangat disayangkan kemudian, fenomena tersebut tidak berkelanjutan atau menjadi sebuah perilaku umat yang permanen. Seiring dengan surutnya konflik akibat pemulihan yang Tuhan anugerahkan bagi Maluku, tindakan persekutuan umat yang taat berdoa di pos-pos kamling, pos-pos jaga, kelompok-kelompok doa di lingkungan masing-masing, makin surut, bahkan mencapai titik nadir, apabila tidak mau dikatakan hilang samasekali. Padahal melalui mimbar-mimbar khotbah, selalu dikatakan doa adalah nafas hidup orang percaya,” katanya.
Inilah momentum berharga bagi umat Kristen di Indonesia menyatukan visi dan misi untuk persatuan Indonesia didalam doa yang terus menerus dipanjatkan kepada Yesus Kristus. Kesadaran untuk berdoa harus terus dikobarkan. Karena doa menjadi lentera kita untuk terus berjalan bersama didalam ketaatan akan Firman Tuhan.