Sepertinya harapan masyarakat Indonesia untuk mengetahui secara cepat apa yang sebenarnya terjadi dengan Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak Rabu (9/5) lalu akan sirna. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan hasil akhir investigasi kecelakaan pesawat asal Rusia tersebut baru dapat selesai satu tahun ke depan.
"Ketentuan investigasi kami punya waktu untuk melakukan penelitian itu 30 hari atau 1 bulan untuk factual report. Final report itu baru 12 bulan bisa kami terbitkan," ujar Masrury, Kepala Sub Komite Penelitian Kecelakaan Transportasi Udara KNKT, Senin (14/5) di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
Namun begitu, Masrury menyatakan bahwa dalam masa investigasi selama 10 bulan, pihaknya akan mengeluarkan laporan sementara atau draft report.
Sementara itu, hingga kini tim Basarnas dan para relawan dari sejumlah organisasi pecinta alam masih melakukan proses pencarian dan evakuasi korban Sukhoi Superjet 100. Beratnya medan yang harus ditempuh dan cuaca yang buruk membuat pencarian dan evakuasi korban menjadi sedikit terhambat.
Sampai berita ini diturunkan, tim Basarnas dan para relawan sudah menemukan 21 jenasah dan kesemuanya telah dikirimkan ke RS Polri Kramat Jati. Selain 21 jenasah, RS Polri juga menerima 4 kantong yang terdiri dari properti para korban.
Mari kita jangan pesimistis terhadap kinerja dan profesionalisme KNKT. Tetaplah percaya bahwa mereka juga ingin mengungkapkan kasus kecelakaan transportasi di negeri ini dengan baik dan secepat-cepatnya. Bukankah sebagian besar yang menjadi korban disini adalah orang Indonesia? Jadi tidaklah mungkin KNKT akan berbuat yang justru merugikan saudaranya sendiri. Namun, apabila mereka pada akhirnya diketahui dan terbukti “melambat-lambatkan” investigasi ini maka sanksi yang tepat untuk mereka dapatkan adalah pemecatan para pejabat sekaligus pembubaran KNKT. Kejam? sepertinya tidak.
Baca juga:
Janjian Bikin Hashtag yang Sama
Berkat Facebook, Ibu Ketahui Anaknya Alami Kelainan Otak
Sumber : kompas.com, tribunnews.com / budhianto marpaung