Reformasi Myanmar tentu mengembalikan kembali harapan kesejahteraan masyarakatnya yang selama belasan tahun dikuasai junta militer yang berkuasa dengan tangan besi. Berbagai perubahan dan kebijakan baru telah terjadi. Namun nasib tiga juta umat Kristen disana tetaplah sama. Mereka masih tertindas.
Didalam tiga juta umat Kristen ini, terdapat 150.000 Orang Pengungsi Internal (IDP) yang tinggal di 4.000 kamp-kamp di bagian barat Karen. Kehidupan mereka terancam karena wilayah yang dikelilingi oleh arena pertempuran. Diantaranya adalah ledakan ranjau darat, senjata, mortar, bahkan peperangan antara gerilyawan bersenjata dan tentara pemerintah Myanmar.
Peperangan tersebut sering menargetkan masyarakat sipil yang beragama Kristen. Mengapa umat Kristen menjadi sasaran? Karena Kristen tidak sejalan dengan agama mayoritas negara. Untuk itu kini pemerintah Myanmar tengah mencoba untuk membuat perjanjian resmi dengan kaum etnik untuk melakukan gencatan senjata.
Mari sejenak memusatkan perhatian kita bagi saudara-saudar seiman kita di Myanmar. Berdoa bagi mereka yang saat ini berada dalam kamp yang terisolasi dari dunia luar. Dimana kita tidak mengetahui ketersediaan makanan ataupun kesejahteraan untuk mereka. Kita percaya bersama Kuasa Tuhan yang luar biasa akan segera melawat Myanmar!
Sumber : Compass Direct News