Berpuasa Bagi Tuhan
Sumber: Canva

Kata Alkitab / 10 May 2012

Kalangan Sendiri

Berpuasa Bagi Tuhan

Budhi Marpaung Official Writer
7372

Zakharia 7:5

“Ketika kamu berpuasa….adakah kamu sungguh-sungguh berpuasa untuk Aku”.

“Apakah yang akan diperoleh seseorang dengan berpuasa?”, setuju atau tidak inilah pikiran yang kerap muncul ketika seseorang (atau bahkan mungkin kita) hendak menjalankan puasa. Pikiran kita seringkali diperintah oleh prinsip mementingkan diri sendiri. Padahal jika kita ingin agar hidup kita berpusat kepada Allah, salib harus bekerja di dalam kita.

Hanya dengan itulah motivasi rohani kita dapat diserahkan sepenuhnya dan menjadi berpusatkan Kristus daripada mementingkan diri sendiri. (2 Korintus 5:15) menyatakan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia.   

Bila kita menganggap puasa sebagai suatu latihan rohani yang biasa, ada banyak penekanan dari hal puasa untuk kepentingan pribadi, untuk mendatangkan kuasa, untuk karunia rohani, untuk kesembuhan jasmani, untuk jawaban khusus atas doa-doa kita. Tidak ada yang menyarankan bahwa tidak benar jika kita mencari hal-hal seperti itu, tetapi hendaknya permulaan dari motivasi kita benar.

Dalam pernyataan-Nya yang pertama kali di dalam Perjanjian Baru mengenai berpuasa, Yesus memberikan pertanyaan mengenai motivasi (Matius 6 : 16–18). Mengapa Dia berbuat begitu ? Jawabannya sederhana karena Dia ingin memberi tahu kepada manusia bahwa inilah aspek yang membuat Allah tertarik.

Allah tidak begitu senang dengan hal-hal yang sifatnya luaran. Dia menyukai sesuatu yang tersembunyi dari manusia, yakni hati kita. Bukti terhadap hal ini adalah Yesus yang mengatakan kepada para murid-Nya pada waktu Khotbah di bukti yakni agar mereka jangan berpuasa seperti orang munafik (menunjuk kepada orang-orang Farisi).

Orang-orang Farisi selalu memamerkan kealiman mereka supaya mendapatkan penghargaan dari manusia, dengan berpuasa. Hal inilah yang ditentang oleh-Nya.

Pada pandangan Allah, berpuasa haruslah dilakukan bagi-Nya. Puasa bukanlah media “unjuk kesucian” kepada orang yang lain, melainkan sebuah media untuk melayani Dia, yang tujuannya adalah agar menyempurnakan kehendak-Nya yang berkuasa.

(Zakharia 7:5) berbunyi “Ketika kamu berpuasa dan meratap dalam bulan yang kelima dan yang ketujuh selama tujuh puluh tahun ini, adakah kamu sungguh-sungguh berpuasa untuk Aku?”

Ketika kita sudah memahami puasa yang dikehendaki oleh Allah ini maka kita akan terhindar dari tindakan yang salah. Kita akan menjalani puasa bukan lagi terfokus kepada berkat-Nya, melainkan kepada Sang Pemberi Berkat itu sendiri. Dan saat Anda memusatkan apa yang Anda lakukan ini hanya benar-benar kepada-Nya maka apa yang menjadi pergumulan maupun kebutuhan Anda, Dia akan jawab dengan cara-Nya yang luar biasa.  

*Artikel diatas merupakan Saduran dari Buku Berpuasa Dengan Benar / Arthur Wallis / Penerbit Mimery Press   

Halaman :
1

Ikuti Kami