Intimidasi kelompok intoleran dan ormas terhadap jemaat HKBP Filedelfia, Tambun, Bekasi, dinilai Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt. Andreas Yewangoe sebagai tindakan kekanak-kanakan. Karena itu Yewangoe meminta agar pemerintah bersikap tegas terhadap kelompok intoleran itu.
“Ini masalah bangsa, ternyata selama 67 tahun tahun kita merdeka, kita masih kekanak-kanakan. Semestinya, pemerintah harus bersikap tegas terhadap aksi FPI dan massa yang melakukan kekerasan terhadap jemaat HKBP Filedelfia yang ingin beribadah," tegas Yewangoe di ruang sidang PGI, Jakarta, Minggu (6/5).
Selanjutnya Yewangoe menegaskan bahwa sikap intoleransi terhadap jemaat HKBP Filedelfia semestinya tidak boleh terjadi, bila Indonesia menerapkan butir-butir UUD 1945 dan Pancasila, dimana konstitusi menjamin kebebasan beribadah setiap warganya. “Pejabat yang melawan konstitusi mestinya turun, dan sangat kita sesalkan negara kita yang terkenal ramah tamah, kini menjadi beringas," ujar Yewangoe.
Ketegasan seorang pemimpin dalam memimpin sebuah bangsa juga dinilainya menjadi persoalan mengapa ketidakrukunan didalam masyarakat terus terjadi. “Hal ini harus ditemukan pemimpin bangsa ini, mulai dari presiden hingga bupati. Kerukunan tanpa keterbukaan, keadilan, dan kebebasan, bukanlah kerukunan sejati, tetapi kerukunan semu,” serunya.
Sekali lagi faktor kepemimpinan memang vital dalam memerintah dalam sebuah negara. Ketidakharmonisan yang sering terjadi diantara umat beragama, memperlihatkan adanya pembiaran dan ketidaktegasan dalam menindak para kelompok yang ingin mengacau negeri ini.
Hal ini juga akan terjadi pada kehidupan kita, jika kita tidak tegas dan disiplin untuk mengendalikan diri dan tanggap terhadap masalah yang terjadi. Bermasalahnya hidup kita akan berimbas pada kerugian untuk diri sendiri dan orang lain.