Momentum hari pendidikan nasional (Hardiknas) pada hari ini kembali membuka lebih jelas wajah masyarakat Indonesia terhadap dirinya sendiri. Kenapa begitu? Karena setiap pertanyaan, keluhan, kritikan dan protes keras yang kita sampaikan terhadap sesama, akan kembali lagi menerpa diri kita, yang harus kita jawab dengan sendirinya.
Mungkin pernyataan pada paragraf pembuka diatas, cenderung abstrak. Namun keabstrakan itulah yang kini menjangkiti pendidikan di Indonesia yang sulit untuk kita terjemahkan. Bagaimana tidak, pendidikan yang diharapkan menjadi garda terdepan untuk membentuk perilaku bangsa, modal berharga pengetahuan dan bekal masa depan, seakan menjadi bumerang mematikan untuk kita.
Segar dalam ingatan kita, bagaimana carut-marut ujian nasional menimbulkan perilaku curang, beberapa nyawa siswa melayang, tingkat tekanan (stress) begitu tinggi yang menyerang, hingga medan tempur tawuran terbentang. Masyarakatpun meradang, melihat tingkah laku para pejabat pemerintah disegala tingkat yang melakukan praktek amoral. Hal yang dilakukan dengan sadar oleh mereka yang mengaku berpendidikan tinggi dan punya janji besar untuk merubah bangsa ini.
Kita terlampau menghabiskan waktu untuk memikirkan diri sendiri dan masalah bangsa sendiri, dikala tantangan global dan masa depan didepan mata. Kita tidak sadar bahwa kita sedang terjajah dan diperbudak oleh situasi dan kondisi yang kita ciptakan sendiri. Ada tuntutan besar yang harus kita hadapi dengan hanya sekedar “pendidikan”. Sudah saatnya melakukan revolusi untuk semua tingkat dan umur, hal tersebut harus di-counter dengan pendidikan karakter!
Mengapa pendidikan karakter? Karena melalui pendidikan karakter lah kita kembali pada nilai sederhana manusia yang punya aspek religiusitas dengan Tuhan, berkaca pada diri sendiri, toleransi dengan sesamanya, peduli terhadap lingkungan dan cinta terhadap persatuan bangsa. Faktor yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Untuk Kita umat percaya, setidaknya ada sepuluh aspek karakter yang Firman Tuhan sampaikan. Ketulusan, kerendahan hati, kesetiaan, sikap positif, keceriaan, tanggung jawab, percaya diri, kebesaran jiwa, empati dan bergantung terhadap kehendak Tuhan. Jika pendidikan karakter terlaksana, kehendak Tuhan yang luar biasa pasti terjadi!
Sumber : Jawaban.com - Daniel Tanamal