Ketika masuk dalam kehidupan pernikahan, banyak orang yang terkejut dan tidak siap ketika menemukan sifat asli dari pasangannya. Sifat dan karakter yang mungkin tidak pernah muncul ketika masih menjalani proses pacaran dan bertunangan. Tidak selamanya sifat buruk ini membahayakan kehidupan pernikahan Anda namun respon Anda dalam menyikapi hal inilah yang seringkali meruntuhkan jalinan cinta dan rumah tangga yang telah Anda bina dengan susah payah. Respon seperti apa sajakah itu?
Hindari melakukan hal-hal berikut ini:
1. Menyalahkan dan menuduh. Pernyataan-pernyataan yang seringkali justru cenderung menjadi teriakan-teriakan seperti, “Kenapa kamu selalu begitu? Ada apa denganmu sebenarnya? Bisakah kamu melakukan sesuatu dengan benar? Lagi-lagi kamu melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat! Masalahmu adalah kupingmu tidak berguna tau!” merupakan ungkapan-ungkapan yang tidak boleh hadir dalam kehidupan pernikahan Anda. Jangan sekali-kali pernah mengeluarkan pernyataan-pernyataan seperti ini.
2. Memberi label. Memberi label di sini seperti dengan mengatakan pasangan sebagai pelupa, pikun, pemalas, ceroboh, bodoh, dan lain-lain. Label-label seperti ini juga jangan pernah izinkan terucap dari mulut Anda dan pasangan Anda. Karena bukannya berubah, pasangan Anda justru akan semakin menjadi seperti label yang kerap kali Anda lontarkan.
3. Mengancam. Pernyataan-pernyataan ancaman seperti, “Kalau kamu ......, kamu akan rasakan akibat!”. Nada-nada ancaman seperti ini juga harus dijauhkan dari kehidupan pernikahan Anda.
4. Menguliahi dan memarahi. Tak ada orang yang suka dikuliahi dan diceramahi seperti anak kecil. Sebagai orang dewasa yang merasa dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri, pernyataan-pernyataan seperti ini justru dapat melukai harga diri pasangan yang pada akhirnya berpotensi merenggangkan hubungan suami istri dalam pernikahan.
Dalam mengubah pasangan, yang perlu Anda tanamkan dalam diri Anda adalah perlunya membangun motivasi yang lahir dari dalam (inner motivation). Dengan demikian, perubahan yang dilakukan pun tidak dilakukan secara terpaksa dan dapat bertahan lama.
Namun sayangnya banyak orang yang justru menggunakan keempat cara di atas dengan dalih membantu pasangan agar menjadi pribadi yang terbaik. Padahal bisa jadi masalahnya ada di dalam diri Anda yang tidak dapat menerima pasangan apa adanya sehingga memaksanya berubah sesuai dengan keinginan Anda.
Padahal dengan melakukan keempat cara tersebut hanya akan membuat hati pasangan dipenuhi dengan emosi negatif yang justru akan memunculkan perasaan-perasaan negatif, harga diri yang rendah, perasaan tidak mampu, tidak penting dan tidak berguna. Lalu, tanpa cinta dan penerimaan dari pasangan maka tidak lama lagi perilaku negatif dan situasi yang tidak kondusifpun akan terjadi.
Kabar baiknya adalah masih ada cara lain yang dapat Anda gunakan untuk mengubah pasangan tanpa menimbulkan pertengkaran. Cara-cara tersebut adalah:
1. Jadikan pasangan merasa dirinya penting. Semua orang dewasa ingin merasa bahwa dirinya penting dan ternyata jika diberikan kepercayaan dan tanggung jawab meskipun hal itu adalah suatu hal yang menantang, cenderung akan dilakukan dengan upaya yang terbaik. Seringkali yang menjadi penyebab pasangan kita rentan terhadap perubahan adalah adanya perasaan merasa dirinya ‘kecil’ dan tidak penting. Seakan-akan mereka adalah pihak yang diinjak-injak, dijajah. Seolah-olah kalah dalam pertarungan. Gunakan kata-kata, “Sayang, akan sangat membantu jika kamu..., aku tahu hanya kamu yang bisa.... aku tahu kamu dapat diandalkan.... dll”.
2. Bicarakan perasaan Anda. Seringkali pasangan melakukan sesuatu yang salah karena mereka hanya memikirkan dirinya sendiri dan belum menyadari bahwa tindakan itu berdampak pada orang lain. Umumnya pasangan suami istri mencintai dan peduli terhadap pasangannya. Nah, ketika pasangan menyadari betapa mereka telah menyakiti perasaan Anda, mereka akan lebih bersedia bekerjasama. Misalnya saja daripada ngomel karena tagihan pulsa telepon yang tiap bulan selalu naik dan mengatakan dirinya sebagai orang boros, lebih baik jika Anda mengutarakan kekuatiran dan kecemasan Anda jika biaya bulanan selalu terpotong untuk membayar tagihan pulsa yang selalu bertambah.
3. Jelaskan masalahnya. Dengan menjelaskan masalahnya pada pasangan, justru Anda tidak sedang dalam posisi menyerangnya. Yang ada sebenarnya adalah Anda sedang memberikan kesempatan kepadanya untuk berpikir tentang tindakan yang telah dilakukannya. Dengan demikian, pasangan Anda akan melakukan suatu kebiasaan baru untuk menyelesaikan masalah. Misalnya daripada mengatakan, “Kamu itu dengar kan, anjing peliharaanmu berisik. Mau menunggu sampai dia mati? Kamu sudah janji mau merawat peliharaanmu itu kan?” Sebaiknya Anda mengatakan, “Say, kelihatannya puppy laper tuh...”
4. Memberikan pilihan. Pada umunya manusia tidak senang dikendalikan (disuruh-suruh) karena mengganggu kebutuhan emosional mereka dalam hal kebebasan. Ketika pasangan tidak diberi kebebasan maka ada kecenderungan untuk berontak atau tidak peduli. Dengan memberikan pilihan dan kekuasaan untuk memilih kepada pasangan, maka mereka akan lebih kuat dalam melakukan sesuatu dan memiliki komitmen yang lebih dalam melakukannya. Trik ini untuk memberitahu pasangan mengenai konsesuensi pilihan yang dibuatnya dan terserah kepada pasangan (membuat mereka merasa penting) untuk membuat pilihan yang tepat. Misalnya saja saat Anda dan pasangan memiliki rencana untuk pergi keluar. Daripada menyuruhnya untuk segera menyelesaikan tugasnya di rumah, tanyakan kepadanya kapan ia hendak menyelesaikan tugas itu dan bagaimana dampak dari keputusan itu terhadap rencana Anda berdua.
Membangun keharmonisan dalam pernikahan bukanlah suatu hal yang mudah. Namun yakinlah perjuangan Anda berdua dalam membangun dan mempertahankan bahtera rumah tangga tidak akan pernah berakhir dengan sia-sia.
Baca Juga: