Divonis Mati Otak, Remaja Ini Bangkit Dari Kematian

Nasional / 25 April 2012

Kalangan Sendiri

Divonis Mati Otak, Remaja Ini Bangkit Dari Kematian

PrincessPina Cahyonoputri Official Writer
5103

Para dokter menyatakan bahwa Steven Thorpe (19), remaja yang mengalami luka parah dalam kecelakaan mobil ini sudah mengalami mati otak, suatu keadaan dimana darah dan oksigen (O2) tidak dapat mengalir ke otak yang menyebabkan keseluruhan sistem otak tidak lagi berfungsi dengan sempurna.

Para dokter mengistilahkan pasien yang mengalami mati otak telah meninggal dunia walaupun nadi dan denyutan jantungnya masih berdetak. Hal yang sama juga terjadi pada kasus Steven, bahkan empat orang dokter spesialis yang menangani Steven bahkan meminta izin untuk mematikan alat bantu yang membuat Steven tetap bertahan hidup, namun kedua orangtua Steven tidak merestui.

Mereka yakin putra mereka itu masih hidup karena melihat “kedipan” kehidupan saat Steven berbaring dalam keadaan koma, itulah alasan mereka tetap menolak tawaran dokter yang menangani Steven dan mencari pendapat dari dokter lain. Keyakinan orangtua Steven terbukti, seorang ahli bedah syaraf menemukan tanda-tanda samar aktivitas otak dan meminta persetujuan untuk membebaskan Steven dari induksi kimia buat komanya untuk melihat apakah ia bisa bertahan hidup, dua minggu kemudian Steven sadar dari komanya bahkan tujuh minggu setelah itu, dia meninggalkan rumah sakit.

"Sebagai orangtua, saya ingin membantu bahkan jika hanya ada sedikit peluang. Saya berbicara kepada unit perawatan intensif dan mengatakan kepada mereka untuk tidak mematikan mesin penopang Steven karena kami membawa spesialis kami sendiri. Saya heran dengan hasilnya, tetapi orang-orang khawatir bahwa hal ini dapat terjadi lebih sering dari yang kita tahu," ungkap Piper, orangtua Steven.

Seorang juru bicara University Hospitals Coventry and Warwickshire NHS Trust mengatakan, "Cedera pada otak Steven sangat kritis dan sejumlah CT scan di kepala menunjukkan kerusakan yang hampir tidak dapat diperbaiki. Sangat jarang bahwa seorang pasien dengan trauma otak luas seperti itu bisa bertahan hidup. Kami senang melihat Steven sembuh."

Empat tahun setelah bangkit dari kematiannya itu, kini Steven sudah bekerja sebagai pegawai bagian rekening, dia mengaku sangat berterima kasih terhadap kegigihan kedua orangtuanya itu. "Saya merasa sangat beruntung bahwa orangtua saya memberi jawaban tidak,” ungkap Steven.  

Walaupun terbebas dari vonis mati otak, Steven telah kehilangan fungsi lengan kirinya dan telah menjalani operasi rekonstruksi besar untuk wajahnya, termasuk membentuk kembali hidungnya dan rongga mata palsu pun dibuatkan. Meski menderita sejumlah luka, menurutnya dapat bertahan hidup saja sudah merupakan kesembuhan sepenuhnya.

Banyak kesaksian bahwa seseorang yang telah divonis dokter tidak dapat bertahan hidup lama, namun ternyata mengalami mujizat kesembuhan. Hal ini membuktikan bahwa Tuhan mempunyai kuasa yang sangat luar biasa untuk menyembuhkan seseorang, namun yang lebih besar daripada mujizat kesembuhan sebenarnya adalah pertobatan manusia. Bagaimana manusia menggunakan kesempatan hidup yang Tuhan berikan untuk hidup taat dengan perintah Tuhan dan berkarya bagi kerajaan Tuhan.

 

Sumber : dailymail,kompas/vina
Halaman :
1

Ikuti Kami