Mengenang Sang Pahlawan Iman Chuck Colson

News / 24 April 2012

Kalangan Sendiri

Mengenang Sang Pahlawan Iman Chuck Colson

Contasia Christie Official Writer
538

Chuck Colson, pendiri dari Prison Fellowship Ministries dan juga seorang pemimpin Kristen yang berpengaruh, meninggal dunia di usianya yang ke-80 pada hari Sabtu (21/4) setelah menjalani operasi untuk menghilangkan pembekuan darah di otaknya.

Dalam sebuah pernyataan di situs Colson, prison Fellowship mengatakan, “Penginjilan kekristenan kehilangan salah satu suara yang paling fasih dan berpengaruh sampai saat ini.”

Colson adalah seorang tokoh besar dalam gerakan penginjilan. Ia tidak hanya menjangkau dunia secara intelek tapi juga menyentuh ribuan orang melalui penjangkauan praktis kepada para narapidana dan keluarga mereka. Colson lahir di Boston pada 16 Oktober 1931 – ia lahir di tengah situasi depresi besar dari bangsa Amerika.

“Saat itu sangatlah sulit. Saya terbiasa untuk hidup miskin. Saya tidak mengerti saat itu, tidak pernah tahu kalau saya miskin karena hanya itulah cara hidup kami,” ungkap Colson dalam suatu kesempatan. “Ayah saya sekolah di malam hari. Dia bekerja sangat keras untuk menghasilkan US$32 seminggu, dan kami akan berbagi dengan mereka yang membutuhkan di blok kami yang tidak memiliki sebanyak yang kami miliki.”

Meskipun mengawali hidup dalam kesederhanaan, Colson berhasil lulus dari Brown University dan mendapatkan gelar hukum dari George Washington University. Ia juga menjabat sebagai kapten dalam Korps Marinir AS dan akhirnya mendapat pekerjaan di Gedung Putih selama pemerintahan Nixon. Saat itulah Colson mendapatkan karir yang menjanjikan dan menjalani peran yang menyenangkan. Colson segera terjebak dalam skandal Watergate, sebagai manusia kapak terkenal dari Presiden Nixon.

Di tengah gejolak yang terjadi di tahun 1973, Colson menjadi Kristen setelah membaca buku “Mere Christianity” yang ditulis oleh penginjil C.S. Lewis. Colson dijatuhi hukuman penjara pada tahun 1974 akibat keterlibatannya dalam Watergate. Ketika berita tentang pertobatannya bocor ke pers, Boston Globe melaporkan, “Jika Mr. Colson dapat bertobat dari dosa-dosanya, akan ada harapan bagi setiap orang.” Colson mengaku bersalah akibat ‘politik kotor’-nya dan bersedia melakukan apa saja untuk menebus apa yang telah dilakukan oleh presidennya dan partainya.

Tujuh bulan lamanya Colson mendekam di Penjara Maxwell di Alabama. Saat Colson bebas, ia berjanji pada teman sesama narapidana ia tidak akan pernah melupakan mereka yang berada di balik jeruji besi. Suatu pengalaman yang akhirnya menjadi suatu hal yang disyukuri Colson karena menjadi awal beban hatinya terhadap pria dan wanita yang dipenjara. Beban ini membuat Colson pada akhirnya mendirikan Prison Fellowship, sebuah pelayanan internasional yang bekerja di lebih dari 100 negara, berkomitmen untuk mereformasi penjara dan merehabilitasi tahanan.

“Dengan ledakan populasi penjara dan tingkat kejahatan yang melonjak, kita tidak menangani akar dari penyebab kejahatan. Kita hanya menempatkan pria di kurungan, memperlakukan mereka seperti binatang, dan mengharapkan mereka untuk direhabilitasi. Padahal hanya ada satu cara dan itu adalah saat seseorang berbalik dan menyerahkan hidupnya kepada Yesus Kristus,” ungkap Colson mengenai pelayanannya.

Colson juga menjadi komentator produktif dalam budaya popular, menulis lebih dari 30 buku dan menjual lebih dari 5 juta copy. Dalam bukunya, ia sering menekankan pentingnya pandangan dunia Kristen. Pada akhirnya, satu-satunya hal yang penting bagi Colson adalah memiliki hubungan yang benar dengan Yesus Kristus dan melayani sebanyak mungkin orang untuk menerima kasih karunia seperti yang telah diterimanya.

“Saya hidup setiap hari dalam kepenuhan karena saya menghidupinya untuk Kristus,” ujarnya mengenai tujuan hidupnya. “Tak peduli apapun yang saya lakukan hari ini, saya akan melakukan sesuatu untuk memajukan Kerajaan Allah. Apakah hal itu membuat Anda penuh? Tentu saja, dan tujuan itu membuat Anda hidup dengan sukacita.”

Sebuah pandangan dan cara hidup yang patut menjadi teladan bagi setiap kita. Bagaimana pahitnya pengalaman hidup justru membawanya kepada Yesus yang tidak hanya mentransformasi hidupnya sendiri tapi juga hidup orang lain melalui kesaksian hidup bersama Yesus yang membawa pada kemenangan.

 

Baca Juga:

Clara Supit: Babi Lebih Berharga Daripada Saya

Kebenaran Di Dalam Pertumbuhan Rohani

Sumber : cbn.com
Halaman :
1

Ikuti Kami