Sudah tiga dekade berlalu sejak Argentina menginvasi kepulauan Falklands dan menguasai ibukota Port Stanley. Konflik selama 74 hari ini menewaskan 649 orang Argentina dan 255 orang Inggris dari personil angkatan bersenjata.
Sebuah ibadah peringatan diadakan di Portsmouth katedral pada hari Minggu (1/4) untuk memperingati 30 tahun perang Falklands. Khotbah dibawakan oleh Canon Roger Devonshire yang melayani selama 24 tahun sebagai pendeta angkatan laut di kapal HMS Hermes selama konflik.
Merefleksikan pelayanannya selama melayani dalam perang Falklands, ia berkata, “Hal itu merupakan salah satu pengalaman yang berarti dalam hidup saya. Momen itu membuat saya berpikir ulang banyak hal tentang kehidupan dan iman. Perang sebenarnya merupakan pengalaman yang sangat pribadi, tetapi Anda melaluinya bersama-sama dengan mereka yang Anda sebut teman, kolega, dan rekan. Anda membentuk persahabatan yang begitu dekat dan bagi kebanyakan orang saat itu Anda sedang berjuang untuk mendukung mereka yang ada di samping Anda dan Anda tidak memikirkan hal lainnya.
Dalam situasi seperti itu, pendeta mewakili semacam normalitas, beberapa nilai di dunia di mana segala sesuatu yang lain tampaknya menjadi terbalik. Saya memiliki banyak kekaguman bagi profesionalisme dan keberanian dari mereka yang melayani di atas kapal. Mereka telah dilatih untuk melakukan sebuah pekerjaan dan mereka melakukannya dengan baik, meskipun pada saat itu mereka yang bergabung di angkatan laut tidak menfgharapkan untuk pergi berperang.”
Setelah kebaktian, Royal Marinir band berbaris ke Menara Square, dimana karangan bunga diletakkan di memorial Falklands. Di menara ini tertulis nama-nama mereka yang memberikan hidup mereka untuk membela Falklands. Paduan suara katedral bernyanyi di lokasi peringatan menghormati para veteran dari Atlantik Selatan.
Pemimpin katedral, Very Rev David Brindley memuji pengorbanan yang dilakukan oleh anggota Angkatan dan keluarga mereka dalam membela kebebasan.
“Angkatan laut Inggris khususnya sangat penting bagi kami sebagai sebuah kota dan katedral kami,” ujarnya. “Kami berdiri bersama keluarga angkatan laut dan mendukung mereka pada saat itu. Kami bersyukur kepada Tuhan atas mereka yang membuat pengorbanan atas nama orang lain.”
Pengorbanan, sebuah kata yang hanya dapat dimaknai ketika kita berjuang dalam kebenaran dan keadilan. Sebuah keyakinan yang diperjuangkan berapapun harganya.
Sumber : christiantoday