Umat Kristen Myanmar, Gereja Dijarah, Alkitab Dibakar

Internasional / 29 March 2012

Kalangan Sendiri

Umat Kristen Myanmar, Gereja Dijarah, Alkitab Dibakar

PrincessPina Cahyonoputri Official Writer
12182

Sin Lum Pang Mu Baptist Church, sebuah gereja di desa Pang Mu, Myanmar (Birma) diserang tentara Angkatan Darat Kemerdekaan Kachin pada 13 Maret. Mereka membakar Alkitab dan menghancurkan properti gereja dan mengklaim bahwa apa yang mereka jarah adalah milik markas mereka.

Para tentara juga mencuri video player, pengeras suara, uang dari kotak persembahan dan barang-barang warga. Serangan ini terjadi dua hari setelah para tentara itu mengaku terganggu dengan konferensi Kristen di desa Sabawngte, wilayah Chin Selatan, yang sudah berizin resmi.

Organisasi Hak Asasi Manusia untuk Chin (CHRO) melaporkan, awalnya para tentara merasa dilangkahi pihak penyelenggara karena tidak meminta izin kepada mereka untuk mengadakan konfensi kristen tersebut. Mereka terlibat adu mulut dengan kepala desa, namun ketika seorang anggota parlemen dari Partai Pembangunan Nasional Etnis berusaha melerai, ia justru diancam dengan todongan senjata.

Benedict Rogers, pemimpin Christian Solidarity Worldwide untuk wilayah Asia Timur mengatakan bahwa insiden ini menunjukkan bahwa masih ada perjalanan panjang untuk proses reformasi di Myanmar, walaupun diakuinya bahwa sudah banyak perubahan atmosfer di sejumlah daerah khususnya di perkotaan.

"Kami telah melihat kemajuan Myanmar untuk menyambut pendatang di beberapa tingkat dalam beberapa bulan terakhir. Tetapi Tentara Myanmar terus melakukan pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia di daerah etnis, termasuk diskriminasi agama dan penganiayaan terhadap minoritas," ungkap Rogers.

Rogers menambahkan, kebebasan beragama adalah salah satu nilai dasar untuk sebuah demokrasi. "Kebebasan beragama merupakan nilai fundamental dalam masyarakat demokratis, jadi jika pemerintah Myanmar serius tentang reformasi, maka mereka harus melindungi kebebasan beragama,” tambahnya.

Toleransi adalah satu kunci perdamaian sebuah negara. Setiap orang harus bisa menghargai dan menghormati adanya perbedaan dan tidak menuntut orang lain untuk memiliki faham yang sama dengan dirinya, karena persatuan bukanlah sebuah keseragaman. Semoga umat Kristen di Myanmar tetap teguh dalam imannya walaupun mengalami banyak ancaman.

Sumber : christiantoday
Halaman :
1

Ikuti Kami