Mayoritas anggota parlemen Jerman akhirnya menjatuhkan pilihan pada mantan aktivis prodemokrasi Jerman Timur, Joachim Gauck untuk menjadi presiden Republik Federal Jerman, pada Minggu (18/3). Gauck mendapat 991 dari 1.232 suara yang masuk.
Pria berumur 72 tahun itu terlihat penuh haru saat menerima hasil pemungutan suara yang menjadikannya kepala negara baru. "Saya menerima tugas ini. Setelah melalui perjalanan politik yang berliku-liku pada abad 20, saya menerimanya dengan penuh rasa syukur sebagai seseorang yang akhirnya dan tidak diduga menemukan kembali rumahnya serta bisa berpartisipasi di masyarakat demokratis dalam 20 tahun terakhir," ungkapnya.
Gauck dikenal sebagai pendeta Lutheran yang menentang rezim komunis Jerman Timur dan menjadi kepala badan federal yang mengawasi data intelijen Jerman Timur pasca-reunifikasi Jerman pada 1990. "Pastinya saya tidak akan mampu memenuhi semua harapan. Tetapi satu hal yang bisa saya janjikan: Saya akan mengiyakan dengan semua kemampuan dan hati untuk menjalankan tanggung jawab yang Anda percayakan pada saya," tegasnya.
Gauck yang independen dan non-partai itu berhasil mendapat dukungan dari partai-partai utama di negara itu setelah pendahulunya, Christian Wulff, mengundurkan diri akibat skandal korupsi bulan lalu. Selain itu Kanselir Jerman Angela Merkel pun kerap melontarkan pujian dan harapan besar agar Gauck memimpin Jerman Raya.
Pada akhirnya ketetapan hati dan jiwa melayani yang besar, membuat seorang pemimpin jemaat pun dapat memimpin negaranya untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat dan juga menjadi terang untuk siapapun yang sedang bergumul untuk kebebasan sosial. Joachim Gauck menjadi contoh nyata, seorang pendeta yang dapat menjadi teladan bagi kita semua.
Sumber : berbagai sumber - niel