Terjebak Dalam Lumpur Kehidupan

Kata Alkitab / 13 March 2012

Kalangan Sendiri

Terjebak Dalam Lumpur Kehidupan

Lestari99 Official Writer
7363
Mazmur 40:2
Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu, menetapkan langkahku.

Saya telah hidup di bawah awan hitam dari ketakuran, kecemasan, rasa murung dan perasaan melankolis yang berkepanjangan. Alih-alih mengalami kedamaian di malam hari, saya malah terbaring tanpa dapat memejamkan mata setiap malam. Pikiran saya terus berputar memikirkan tanggung jawab saya saat ini akan pekerjaan, tujuan masa depan, keuangan dan kesehatan keluarga saya. Tak pelak lagi, saya bangun di pagi hari dengan rasa lelah yang amat sangat  dan tak ingat kapan terakhir kalinya saya dapat menikmati kehidupan dan menebarkan senyum lebar di wajah. Saya terlalu sibuk mencambuki diri sendiri.

Menyadari sesuatu perlu berubah, saya pun mulai berdoa. Meskipun saya mengkomunikasikan semua masalah saya kepada Tuhan dan mencoba merenungkan Firman Tuhan agar tidak kuatir dan berbeban berat, entah kenapa saya tidak dapat melepaskan pegangan saya akan kehidupan yang membuat Tuhan tidak dapat bebas berkarya. Padahal saya bekerja dalam sebuah pelayanan Kristen, dikelilingi saudara seiman, dan setia pergi ke gereja di hari Minggu. Namun ada sesuatu yang benar-benar salah. Bukankah menjadi orang Kristen seharusnya menyenangkan? Bukankah kita seharusnya ‘nyantai saja’ karena kita tahu bahwa Allah mengasihi kita dan memenuhi kebutuhan kita? Saya tahu bahwa jawabannya adalah ya, lalu kenapa hal-hal keilahian itu tidak terjadi dalam hidup saya?

Jawabannya pun kemudian datang kepada saya. Saya sadar bahwa saya terjebak di dalam lumpur kehidupan karena saya bergumul sendirian. Mencapai tujuan adalah suatu hal yang baik. Tujuan memberikan kita visi, yang tanpanya Alkitab menjelaskan kita akan binasa. Yang menjadi masalah bukanlah apa yang kita lakukan, melainkan alasan mengapa kita melakukannya yang pada akhirnya menggerogot kehidupan kita. Tuhan ingin kita bergerak, tetapi Dia ingin kita bergerak mendekat kepada-Nya, bukannya bergerak untuk menyenangkan orang lain atau bahkan mencoba untuk mengambil hati Tuhan untuk menyetujui semua rencana kita.

Saya selalu memikirkan apa pandangan orang terhadap saya. Saya tidak dapat mengatakan tidak, karena saya takut bila saya melakukannya maka saya akan kehilangan hubungan dengan orang-orang yang paling berarti bagi saya. Sungguh konyol, bukan? Saya seharusnya ingat bahwa saya telah memiliki perkenanan Tuhan karena Kristus. Alih-alih beristirahat dalam kasih karunia-Nya, saya malah berjuang di bawah segala aturan – sesuatu yang Tuhan tidak pernah ingin untuk saya lakukan.

Sudah waktunya untuk kembali ke hadirat Tuhan. Saya memutuskan untuk melakukan sesuatu yang malu untuk saya akui karena saya tidak melakukannya beberapa waktu belakangan ini: membaca Firman-Nya dan percaya bahwa Tuhan benar-benar memiliki sesuatu untuk hidup saya, bahwa Tuhan benar-benar akan menggenapkan tujuan-Nya di dalam hidup saya.

Alkitab berkata bahwa Firman Tuhan lebih tajam dari pedang bermata dua. Dan itu berarti Firman dapat memenuhi banyak hal karena diberikan bagi kehidupan ini. Saya bersedia untuk mengambil kesempatan lagi, meskipun kala itu sejujurnya saya tidak yakin hal itu akan membuat perbedaan. Namun demikian, membaca Alkitab tidak akan membuat seluruh tanggung jawab saya menghilang secara ajaib. Dan saya menduga Tuhan tidak akan selalu meluputkan saya dari keadaan yang menakutkan saya. Jadi, apa gunanya? Namun saya terus tertarik kepada-Nya.

Terkadang ada saat di dalam hidup ketika Anda mengevaluasi ulang dan berkata, “Apakah semua hal Ilahi itu benar adanya? Saya tahu bahwa hal itu berlaku pada teman kerja saya, karena saya melihat bagaimana mereka diperbarui dan saya melihat akan mukjizat yang terjadi atas teman dan tetangga saya. Namun pertanyaan sebenarnya adalah keyakinan bahwa sebuah hubungan dengan ALLAH YANG HIDUP dapat membuat perbedaan drastis dalam hidup SAYA. Dapatkah Tuhan memberikan kedamaian kepada SAYA yang telah hilang begitu lama?”

Saya mau berusaha, jadi saya mengambil Alkitab hanya dengan sedikit iman pada awalnya. Saya tidak banyak membaca. Saya tidak menghabiskan waktu berjam-jam dengan Tuhan. Saya tidak melakukan studi yang mendalam atas Alkitab. Yang saya lakukan adalah memberikan waktu sepuluh menit untuk membaca sedikit dari salah satu surat-surat Paulus, sebagian besar dari Roma. Sisa waktunya saya habiskan di dalam doa, dengan berkata, “Tuhan, berikan saya kedamaian. Tolong saya untuk berhenti bergumul. Tolong saya untuk tidak dikendalikan berdasar apa kata orang.” Saya pun kemudian percaya bahwa Tuhan telah mendengar saya dan akan menjawab doa saya.

Percaya atau tidak, saya melihat perubahan terjadi di dalam saya, bahkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Setiap hari saya menemukan bahwa saya ingin berbicara kepada Tuhan dan mendengar apa yang Ia katakan lebih dari yang saya lakukan kemarin. Dan saya menemukan bahwa saya tidur lebih nyenyak di malam hari. Tuhan menghibur hati saya. Kehidupan saya tidak berubah secara drastis, tapi saya merasa lebih baik. Alih-alih merasa bersalah atas apa yang tidak saya lakukan, saya merasakan penerimaan-Nya karena apa yang telah Kristus lakukan dalam hidup saya.

Kristus telah mati sekali bagi dosa-dosa saya, dan saya percaya di dalam nama-Nya untuk menyelamatkan saya. Daripada memandang hidup saya dengan sangat serius, saya membiarkan Tuhan mengambil dan membantu saya untuk melihat kehidupan bahwa sesunggunhnya hidup itu tidaklah sesulit itu.

Ada lagi hal yang saya pelajari, dan itu ada hubungannya dengan takdir. Dulu saya berpikrr bahwa takdir adalah sesuatu yang terjadi atas Anda pada satu titik dalam hidup Anda. Namun saya lebih suka menganggapnya sebagai suatu momen eureka ketika tujuan hidup Anda diumumkan dengan terompet dan Anda akhirnya menyatu dengan Raja alam semesta. Namun bukan seperti itu adanya. Ketika saya memikirkan kehidupan Yesus dan pelayanan-Nya, lebih seperti Tuhan bertanya kepada saya, “Kapan menurutmu takdir dari Putra-KU dimulai?” Dan jawaban itupun datang. Jawaban itu tidak seperti yang saya bayangkan. Biasanya, saya akan berkata, “Ketika Yesus dibabtis dalam Roh Kudus dan memulai pelayanan-Nya.” Namun kali ini saya menyadari bahwa takdir Yesus telah ditetapkan sebelum Ia dilahirkan. Bahkan di saat pembuahan. Wow! Saya tidak pernah berpikir tentang hal itu sebelumnya, namun semuanya menjadi jelas sekarang.

Kita pun tidak jauh berbeda. Takdir bukanlah sesuatu di luar sana yang jauh di masa depan. Namun hal ini sudah ada di dalam proses kehidupan. Takdir Anda adalah semua yang ditebus Allah di dalam hidup Anda dan setiap langkah yang Anda ambil di dalam iman saat Anda mengikut Dia, baik itu dalam keadaan baik maupun tidak. Dan hal itu menghibur saya yang cenderung mengkuatirkan apa yang akan terjadi di masa depan.

Berdamailah dengan Juru Selamat yang membentuk Anda, yang menandai setiap langkah hidup Anda. Dia tahu jalan mana yang menyimpang, dan Dia tahu setiap persimpangan yang ada di hidup Anda. Dan jika Anda bermasalah atau mengalami stagnasi dalam hidup Anda, ambillah waktu untuk bersekutu dengan-Nya. Anda akan menemukan kedamaian yang hilang itu. IA akan memperbarui kekuatan dan sukacita Anda. Belas kasih-Nya bagi Anda akan baru setiap pagi.

Sumber : Laura Bagby

Sumber : cbn.com
Halaman :
1

Ikuti Kami