Bagaimanakah menentukan standarnya sejauh ini apakah Anda telah benar-benar siap untuk cinta? Kebanyakan kita berpikir bahwa kita siap untuk cinta, tapi gagal untuk sepenuhnya mengevaluasi dengan tepat apa yang dituntut cinta dari kita. Karena kita begitu ingin menjalin suatu hubungan, kita ingin memiliki seseorang untuk dicintai, kita percaya bahwa kita benar-benar siap untuk cinta. Padahal tidak sepenuhnya demikian.
Syukurlah, ada tanda-tanda yang dapat kita gunakan untuk menjadi tolak ukur kesiapan kita untuk cinta. Kriteria itu adalah menghormati dan menghargai keunikan di dalam pasangan kita. Berbeda dengan memandang pasangan Anda secara realistis, kita harus mengasihi dan menjaga kualitas keunikan mereka. Kita harus mempraktekkan dorongan yang diberikan kepada kita oleh Rasul Paulus dalam Kolose 3:13, “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.”
Anehnya, banyak orang saat bertemu dengan seseorang, awalnya begitu mengagumi keunikan mereka dan bahkan kelemahannya, hanya untuk menemukan bahwa keunikan yang sama tersebut ternyata sangat mengganggu. Anda tahu siklus perputarannya: Anda bertemu dengan seorang pria dan mengagumi sikap diamnya, kekuatannya yang tenang. Ia mengingatkan Anda pada ayah yang sangat Anda hargai. Bagaimanapun, seiring waktu berlalu, sikap diamnya membuat Anda meledak. Sekarang Anda ingin menguncang-guncang dia agar mau berbicara. Begitu besar perbedaannya dengan kekuatan pendiam yang awalnya Anda anggap sangat menarik.
Berapa banyak dari Anda yang pada awalnya tertarik pada spontanitas pasangan Anda, hanya untuk kemudian menganggap sifatnya itu cukup mengganggu? Berapa banyak dari Anda menyukai cara dia mempergunakan uang dengan bebas, terutama untuk kesenangan Anda, hanya untuk kemudian melihat lampu merah saat melihat dia menghabiskan seratus dolar dalam sekejap untuk pedicure dan perawatan wajah; atau baju baru.
Yup, Anda mendapatkan intinya. Terlalu sering kita melupakan apa yang membuat kita tertarik pada pasangan kita. Terlalu sering kita pada awalnya menyenangi sifat-sifat tertentu, dan kemudian kita berharap dapat mengubahnya. Saat kita lelah menghadapi sifat-sifatnya dan ingin mengubahnya, kita akhirnya merusak hubungan tersebut. Cinta yang dewasa menuntut kita menghargai dan menerima keunikan yang membuat kita pada awalnya tertarik pada mereka.
Lalu, apa yang dapat Anda lakukan?
Satu, buatlah sebuah daftar mengenai hal-hal yang Anda hargai dari pasangan, begitu juga hal-hal yang tidak Anda sukai. Kemudian selidiki kedua daftar tersebut. Apakah hal-hal pada daftar pertama jauh lebih berat daripada yang pertama? Hal itu seringkali menolong untuk mengingatkan diri kita tentang aspek positif dari hal-hal yang mengganggu kita saat ini.
Kedua, pertimbangkan berapa banyak dari hal-hal yang mengganggu itu yang mungkin diubah. Dapatkah persoalan-persoalan pada daftar kedua disesuaikan atau paling tidak didiskusikan? Apakah mungkin untuk berubah? Beberapa persoalannya dapat didiskusikan dan mungkin diubah. Contohnya, cara menyetir, jika benar-benar menyusahkan, dapat diubah melalui diskusi yang jujur.
Ketiga, dapatkah Anda menerima hal-hal yang tidak mungkin diubah? Dapatkah Anda mengingatkan diri Anda bahwa hal-hal yang awalnya Anda hargai sangatlah mungkin untuk dihargai kembali? Kadang kala kita membiarkan diri kita terlalu memikirkan hal-hal yang tidak penting. Penting bagi kita untuk meletakkan hal-hal pada perspektifnya. Jangan biarkan lubang gundukan tikus tanah berubah menjadi gunung, tapi ada kalanya Anda perlu menjaga gundukan tikus tanah itu agar tetap sebagai gundukan tikus tanah.
Keempat, hormati dan hargai keunikan pasangan Anda. Sederhananya, kadang kala tindakan memenangkan pasangan kita tidak hanya membangun mereka, tapi juga membuat kita lebih menghargai mereka. Rasul Paulus berkata pada kita untuk menggunakan perkataan yang membangun terhadap satu sama lain sesuai kebutuhan mereka (Efesus 4:29). Pasangan kita membutuhkan kita untuk memberi dorongan pada mereka, untuk membangun mereka. Dunia ini penuh dengan kritikan dan penolakan. Rumah kita dan hubungan yang kita bangun perlu menjadi tempat dimana kita diterima.
Akhirnya, tempatkanlah persoalan-persoalan itu pada tempatnya. Ingatlah bahwa Anda tidaklah sempurna, dan tidaklah dewasa untuk mengharapkan kesempurnaan dari pasangan Anda. Bicarakan dengan pasangan tentang beberapa hal yang mengganggu Anda dan atasi perasaan dalam diri Anda mengenai beberapa persoalan yang nampaknya tidak penting.
Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda membuat gunung keluar dari gundukan tikus tanah dalam hubungan Anda? Apakah Anda mampu melihat gambaran yang lebih besar saat hal itu datang pada pasangan Anda? Apakah Anda mampu mengingat mengapa Anda pada awalnya jatuh cinta pada pasangan Anda, dan tetap menjaga hal itu di garis depan dalam pikiran Anda? Jika demikian, Anda mungkin benar-benar telah siap untuk cinta.
Sumber : David Hawkins, Pd.D. - cbn.com