Keris Bangsa Indonesia

Nasional / 6 March 2012

Kalangan Sendiri

Keris Bangsa Indonesia

daniel.tanamal Official Writer
3410

(Kali ini Pat Danang mencoba menggali lebih jauh makna tersembunyi dibalik peradaban Indonesia dan keampuhan Keris)

Sebagai seorang budayawan, apa yang bisa saya sampaikan ke peradaban hidup ini adalah, salah kaprah dan hal yang tidak bermutu, jika menceriterakan kekayaan material. Diantaranya mobil mewah, rumah gedung bertingkat, dan barang berharga yang saat ini menghisap nyawa orang didalam kemunafikan dan kebohongan yang menggelikan

Kini tengah berkembang buah yang paling banyak dicari. Bahkan kabarnya buah ini disenangi oleh para pejabat atau anggota dewan terhormat, yaitu buah “Apel Malang, Apel Singapore dan Apel Washington.” (Saat ini lagi coba dibuktikan pengadilan tinggi walau dengan ogah-ogahan).

Khusus para pembaca Jawaban.com disediakan “Apel sabtu minggu.” Nah kalau yang ini pembuktian biasanya oleh RT (rukun tetangga) setempat bersama pemuda/warga, alias digerebek karena “Apel”nya kemalaman melebihi jam 24.00 hehehe

Anyway busway, yang Saya bisa menceritakan kepada peradaban kehidupan di bangsa ini adalah kekayaan Daya Cipta dari para pendahulu kita, yaitu Keris. (Sebentar lagi para pembaca bisa memanggil saya Mpu, hahaha)

Mengapa Keris harus diceritakan di kolom ini? Dikarenakan barang adi luhung ini sudah disalah artikan oleh banyak orang, bahkan banyak dilupakan oleh generasi sekarang. Aduh!!! Kita rugi besar, bahkan menjadi bangsa yang sedang menuju masa menghitung kebangkrutan dan menangisi kehilangan.

Keris, sejatinya Saya pahami sebagai benang merah dari para pendahulu kita untuk bisa menyampaikan “message” juga sebagai benda profetik kepada generasi sekarang. Keris terdiri dari warangka (sarung). Isi atau bilah, dan tuah atau jiwa dari keris tersebut. Keris ini menjadi refleksi bagi gambaran manusia, lohhh kok bisa? Hahaha, lihatlah lewat keris tersebut sebenarnya nenek moyong kita itu ingin menuturkan suatu nasehat, bahwa manusia itu tidak hanya bentuk jasmaniah saja yang harus dipahami. Namun juga bentuk batiniah dan lebih mendalam lagi adalah esensinya, yaitu Rohnya.

Sarung keris sebenarnya mewakili bentuk jasmani seorang manusia. Bilah Keris mewakili jiwa manusia. Dan tuah keris mewakili esensi mendasar manusia yaitu Rohnya. Tidak heran keris itu bisa berdiri di tangan pemiliknya ketika di tempelkan dengan sarungnya, dan memberi kekuatan di batin pemiliknya. Ini sebenarnya sinergi yang ada di dalam manusia bahwa tubuh jasmaniah kita akan kehilangan kekuatan hidup kalau jiwanya tidak ada. Atau rohnya meninggalkan raganya, tetapi hidup akan selaras kalau jasmaniah dan jiwa serta Roh diselaras menjalankan harmoninya.

Hal tersebut di atas mengajarkan kepada kita akan prioritas didalam memperhatikan esensi manusia itu tidak hanya pada hal-hal yang lahiriah namun juga yang batiniah dan Rohani harus selaras di hadapan Tuhan. Mengapa ada Tuhan dalam kaitan ini? Hehehe..

Daya Cipta tersebut mendapatkan anugerah Tuhan yaitu Berkat Kehidupan Tuhan di dalam KasihNya kepada setiap manusia.

Sebagai orang yang hidup di peradaban zaman ini mari juga membangun peradaban Rohani tidak hanya yang Jasmaniah. Daya cipta Ilahi sebenarnya ada didalam kita, kalau kita mendekat dan menyatu dalam kehendakNya dan menghamba KepadaNya. Wuahh pastilah kita mendapatkan kekuatan tak terkira.

Banyak orang mengenal keris hanya dilihat dari kekuatan magisnya saja. Kekuatan magis ini sebenarnya didapat dari daya cipta seorang Mpu, yang mempelajari karakter calon pemilik. Dari situlah Mpu bersemedi/mesu budi mohon kekuatan Sang Kuasa menurunkan kekuatan di dalam benda tersebut.

Saudaraku, karakter Kita adalah umat yang telah ditebus kepadaNya kita menghamba. Untuk menerima segala kehendakNya menjadi yang utama dalam hidup kita. Maka saudara semua akan mendapat damai dan sejahtera serta memiliki kekuatan hidup yang tangguh, tidak lekang oleh panas, tidak lapuk oleh waktu. Saudara akan seperti tumbuhan yang ditanam di pinggir sungai hidup dan berakar serta berbuah.


Penulis adalah Paulus "Pat" Danang, budayawan dan pemerhati dunia media Indonesia.

Sumber : Jawaban.com - Daniel Tanamal
Halaman :
1

Ikuti Kami