Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengidentifikasikan sebuah aseroid raksasa yang memiliki peluang untuk menyenggol bumi. Besarnya sekitar 460 kaki atau 140 meter atau dua kali besar lapangan bola. Asteroid yag dinamakan 2011 AG5 ini berpeluang untuk menabrak bumi pada 5 Februari 2040. Padahal bumi belum lagi dipastikan selamat dari asteroid Apophis yang diperkirakan oleh para ilmuan Rusia akan menabrak bumi pada 13 April 2036 mendatang.
Keberadaan asteroid ini telah menjadi perhatian tim aksi obyek dekat bumi bentukan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang sudah mulai membahas bagaimana cara mengalihkan orbit raksasa ini agar tidak menyenggol bumi dan membahayakan umat manusia.
Berdasarkan perhitungan NASA yang disampaikan Donald Yeomans, Kepala program Observasi Obyek Dekat Bumi di Laboratorium Jet Propulsion, peluang asteroid itu bersenggolan dengan bumi adalah 1:625. Prediksi ini masih bisa terus berubah seiring pergerakannya yang terus berubah. Obyek ini baru bisa diamati dari tanah dalam interval tahun 2013-2016 mendatang.
Meskipun tak akan menyebabkan kiamat dan memusnahkan umat manusia, skenario terburuknya adalah jika benda langit ini menabrak sebuah kota, maka dipastikan jutaan nyawa akan melayang. Sebagai perbandingan, asteroid yang menjadi pemicu musnahnya spesies Dinosaurus 65 juta tahun yang lalu besarnya hanya 9 mil lebih lebar dari ukuran 2011 AG5 saat ini.
Untuk menghindari malapetaka ini, beragam opsi dilontarkan oleh NASA. Di antaranya adalah dengan mengirimkan pesawat ke asteroid tersebut yang bisa memberi efek gravitasi, untuk mengarahkan 2011 AG5 menjauh dari bumi, selama jutaan tahun cahaya. Opsi lain dengan mengirim satelit dan menabrakkannya ke asteroid tersebut. Penggunaan senjata nuklir juga menjadi pertimbangan. Namun dikuatirkan nuklir justru menciptakan hujan batu yang mengarah ke bumi.
Detlef Koschny dari Divisi tata Surya badan Angkasa Eropa (European Space Agency), Belanda, mengatakan, “2011 AG5 adalah obyek yang saat ini memiliki kesempatan tertinggi menabrak bumi di tahun 2040. Namun kita hanya mengamatinya selama sekitar setengah orbit, sehingga presisi perhitungan ini masih tidak terlalu tinggi.”
Sumber : vivanews.com