Indonesia saat ini membutuhkan seorang pemimpin yang berani, bukan pemimpin yang loyo dan hanya turut bersedih atas masalah rakyat, tetapi tidak memberikan solusi. Saat ini, pemerintah masih terlihat tidak berani menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat, seperti masalah pelanggaran HAM di masyarakat dan masalah korupsi yang merajalela. Hal ini diungkapkan oleh ahli filsafat dan tokoh agama Romo Frans Magnis Suseno.
“Bangsa ini tidak butuh pemimpin yang loyo dan lemas. Bagaimana bisa memimpin kalau lihat reaksi masyarakat yang bersalah sama-sama menangis, tidak cukup itu. Jadi pemimpin yang hanya mengeluh juga tidak cukup. Harus berani bertindak dan menawarkan penyeesaian masalah bangsa,” ungkap Romo Magnis sebagaimana dilansir kompas.com dalam diskusi ‘Meneladani Misi Profetik Dalam Kepemimpinan Nasional’ di Mega Institute, Jakarta, Selasa (28/2).
Jika pemimpin nasional yang loyo tak dapat diandalkan maka harus muncul pemimpin yang bersifat profetik. Artinya orang yang memiliki sifat kepemimpinan tapi berada di luar panggung kekuasaan. Orang-orang yang memiliki suara keras untuk mengutarakan aspirasi rakyat dan mengungkapkan kebenaran. Saat ini kepemimpinan profetik itu belum terlihat karena ada berbagai kepentingan yang menginginkan kekuasaan dibandingkan membela kepentingan rakyat.
“Kepemimpinan profetik adalah mereka yang tidak berkuasa. Mengatakan kebenaran terhadap mereka yang berkuasa,” lanjutnya.
Dalam penantian datangnya pemimpin yang profetik, Romo Magnis mengungkapkan bahwa Indonesia juga merindukan sosok pemimpin seperti Soekarno. Meski tidak banyak menyelesaikan masalah negara, namun Soekarno memiliki misi untuk membawa ke mana tujuan bangsanya.
“Soekarno membuat dan mengingatkan semua orang bahwa mereka menjadi rakyat Indonesia. Itu yang selalu saya ingat. Di manapun warga Indonesia berada, mereka bangga menjadi bangsa Indonesia, karena Soekarno menanamkan itu. Pemimpin harus seperti itu, bukan yang loyo,” ungkap sang Romo.
Sejalan dengan Romo Magnis, tokoh senior partai Golkar, Akbar Tanjung, mengungkapkan bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memikirkan kesejahteraan banyak orang, bukan hanya kepentingan pribadi. Namun sosok pemimpin seperti itu memang sulit untuk ditemukan saat ini.
“Pemimpin seperti itu sulit untuk ditemui dalam kondisi seperti saat ini. Di situasi politik sekarang ini, politik dimaknai untuk mendapatkan kekuasaan dan kekuasaan saat menjadi pemimpin hanya dipakai untuk mencari kekayaan dan kehormatan,” ungkap Akbar.
Indonesia saat ini kehilangan sosok pemimpin yang dapat dijadikan teladan untuk membangun bangsa yang bersih. Kehidupan politik yang benar harus dibangun sehingga menghasilkan kepemimpinan yang terpanggil untuk memperbaiki negara ini. Dan pemimpin seperti itu haruslah memiliki misi profetik yang kuat untuk membawa kebenaran.
Sumber : kompas.com