Aksi demonstrasi ribuan masyarakat Tanzania, Afrika, yang mengecam polisi karena dinilai kurang maksimal dalam menangani kasus pembunuhan misterius yang diduga dilakukan oleh para penyihir, berakhir tragis. Empat orang tewas akibat diterjang peluru tajam aparat keamanan.
Sebelumnya telah terjadi pembunuhan berantai terhadap enam wanita sejak November, dimana penduduk setempat, menilai pembunuhan itu terkait praktik sihir, dimana pelaku memutilasi tubuh korban untuk digunakan dalam ilmu sihir. Namun polisi Ruvuma mengatakan tidak ada bukti yang mengarah kepada dugaan tersebut.
Tidak puas dengan jawaban kepolisian, ribuan orang turun ke jalan-jalan, Songea, Tanzania, di hari Rabu (22/2). Mereka menyerang kantor polisi, dan beberapa kantor pemerintah, demonstran yang ingin menggelar aksi di dekat kediaman Presiden Tanzania, dihadang oleh otoritas setempat, dan dihujani oleh peluru tajam. Dua orang tewas dalam insiden itu. Sementara dua orang lainnya tewas terinjak-injak kerumunan orang.
Dalam keterangannya polisi daerah Ruvuma, Michael Kamhanda, kepada BBC, Jumat (24/2/2012), bahwa polisi terpaksa menggunakan peluru tajam, setelah pihaknya telah kehabisan segala cara untuk membubarkan kerumunan. Di Tanzania kerap masih terjadi praktik perdukunan yang meresahkan warga.
Menurut beberapa laporan yang ada, praktek perdukunan dengan menggunakan anggota tubuh korban itu dilakukan agar mendapatkan kesuksesan hidup, percintaan dan perdagangan.
Mengejar kesuksesan hidup kerapkali membuat gelap mata setiap yang mengejarnya. Bukan hanya harta benda yang habis, namun nyawa pun terancam melayang. Bahkan dampak luasnya terjadi pada mereka yang menginginkan hal itu dihapuskan, seperti yang terjadi di Tanzania ini.
Sumber : BBC