Sex bebas (free sex) telah menjadi istilah umum di kalangan generasi muda negeri ini. Bagaimana tidak, sex bebas menjadi suatu hal yang biasa dan tidak perlu ditutup-tutupi lagi. Para pelakunya bahkan semakin meluas dari usia remaja sampai dewasa.
Usia remaja memang menjadi saat-saat penuh ketidakpastian bagi banyak orang. Disebut dewasa, belum waktunya. Namun mereka juga sudah tidak dapat lagi disebut sebagai anak-anak yang tidak memiliki tanggung jawab atas dirinya sendiri. Di usia remaja banyak hal yang terjadi, baik secara fisik maupun mental. Secara fisik, pertumbuhan sedang mencapai masa percepatan yang luar biasa, termasuk kematangan sexual yang sangat kentara. Sedangkan secara emosi, remaja memiliki emosi yang belum stabil, terikat erat dengan kelompok pergaulannya dan memiliki rasa ingin tahu serta keberanian yang besar untuk mencoba sesuatu yang baru.
Dalam masa-masa inilah secara psikososial mulai muncul perasaan tertarik terhadap lawan jenis, memiliki rasa percaya diri yang semakin kuat, mulai sering memperhatikan penampilan dan memiliki kemampuan kognitif yang semakin baik. Namun dalam tahap perkembangan ini bila tak disiasati dengan baik dapat mengakibatkan penyimpangan perilaku pada remaja yang mengarah pada narkoba dan sex bebas.
Berdasarkan penelitian PKBI terhadap 12 kota di Indonesia, 10-31% remaja yang belum menikah sudah pernah melakukan hubungan sexual. Secara umum terlihat dari fenomena yang ada di kalangan pelajar dan mahasiswa bagaimana siswi gemar berseragam seksi bahkan merangkap gadis panggilan, ayam kampus, sampai menjadi gigolo bagi teman-temannya dan melakukan maupun menyukai striptease dan pesta sex. Pernikahan dini akibat MBA (married by accident) menjadi hal yang tak lagi langka di kalangan remaja saat ini.
Darimanakah asal dari semua perilaku ini? Dari sekedar tertarik pada lawan jenis, ketika masuk ke tahap pacaran, dengan rasa ingin tahu dan pengetahuan yang terbatas, gaya pacaran yang tak terkontrol seringkali menjadi awal dari sex bebas. Mulai dari berpegangan tangan, mencium pipi dan dahi, mencium bibir dan leher, berpelukan, petting, oral sex sampai akhirnya ML (making love).
Banyak bahaya yang berada di balik perilaku sex bebas, di antaranya:
Dengan segudang bahaya yang disandangnya, sudah seharusnya jika setiap pihak bekerjasama bahu-membahu memperhatikan tumbuh kembang para remaja baik secara fisik maupun psikologi. Bila sudah terlanjur terjadi, dukungan keluarga terutama orangtua dan pertobatan sejati dapat membawa remaja keluar dari keterpurukannya akan dosa ini.
Jika belum terjadi, terdapat beberapa hal dan sikap yang perlu dilakukan baik oleh remaja itu sendiri maupun lingkungan dimana remaja tersebut berinteraksi. Di antaranya adalah: