Addiction, Dosa atau Penyakit?

Solusi Sehat / 13 February 2012

Kalangan Sendiri

Addiction, Dosa atau Penyakit?

Puji Astuti Official Writer
4679

Banyak orang yang salah kaprah mengenai Addiction. Kematian figur terkenal seperti Whitney Houston dan Michael Jackson mengundang cela karena mereka adalah junkies atau pemakai obat-obatan.

Addcition walau mulanya bisa disebabkan oleh kebiasaan buruk atau kurangnya self control, tapi pada akhirnya membawa penderitanya pada suatu penyakit. Terminologi addiction adalah terminologi medis yang menandakan adanya kelainan dalam otak sang penderita yang membuatnya masuk ke dalam lingkaran setan tak terkendali. Ini ada dalam darah atau gen seseorang. Boleh dikata, suatu penyakit bawaan.

Tidak ada seorang pun yang ingin menjadi addict. Sama dengan tidak ada seorang pun yang ingin menderita AIDS atau kanker.

Jika salah seorang yang kita kasihi menderita stroke, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan menyalahkannya dan menganggapnya berdosa karena terlalu rakus dan tidak dapat mengendalikan nafsu makan, membuat kolesterolnya tidak terkontrol dan akhirnya mengalami stroke? Ataukah dengan penuh kasih membawanya ke RS untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan yang terbaik?

Tidak ada bedanya dengan mereka yang addict. Walaupun seringkali para addict ini mengganggu dan memiliki tingkah laku yang menyebalkan, well, sekali lagi mereka sedang sakit. Dan bedanya penyakit ini membuat mereka menjadi pribadi tidak menyenangkan. Sering mereka menolak tawaran atau bantuan. Mereka menampik perawatan dan rehabilitasi. Mereka bahkan bisa marah dan menyumpah sebagai ganti perhatian yang kita berikan. Tapi jika kita memandang mereka sebagai orang sakit, kita tentu akan mengerti.

Addiction tidak dapat disembuhkan tapi dengan perawatan yang tepat dapat dikendalikan. Addiction sama berbahayanya dengan virus HIV, yang suatu saat akan membawa penderitanya pada kematian. Dipersulit lagi karena tidak mudah untuk menyakinkan seorang addict bahwa ia butuh pertolongan. Ia menikmati saat-saat ‘high’nya. Ia tidak bisa hidup tanpanya. Sama seperti kita tidak bisa hidup tanpa makan.

Yang perlu kita ketahui, tidak semua orang yang memakai drug atau minum alcohol menjadi addict. Minuman dan obat-obatan hanyalah faktor pencetus dari apa yang sudah ada dalam diri seorang addict. Seorang addict bisa saja tidak pernah menyentuh alcohol atau drug, dan dalam hal ini mereka tidak pernah menderita addiction.

Apa yang bijaksana kita lakukan, jika ada orang-orang yang kita kasihi menderita addiction adalah memperlengkapi diri kita dengan pengetahun. Pencegahan adalah yang utama. Mengenal orang-orang yang beresiko tinggi dan menghidarkan mereka  dari addiction lebih baik daripada seribu satu perawatan. Pendidikan bagi generasi muda, ajaran agama yang kuat, ikatan keluarga yang harmonis adalah bagian dari pencegahan ini.

Dan untuk mereka yang mengerti Firman Tuhan, perlu juga menanamkan dalam hati bahwa  Firman Tuhan mengajarkan kita untuk tidak menghakimi :

“Karena itu, hai manusia siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama” (Roma 12:1).

Sikap menghakimi kita kan membuat seorang addict semakin merasa bersalah dan tak berdaya, yang akhirnya membuatnya terjerumus lebih dalam lagi. Label yang kita pasang juga menghalangi kita untuk mencari pertolongan dan perawatan. Seringkali doa perlu disertai oleh tindakan. Mendoakan mereka yang sakit perlu sembari mencari pengobatan.

Saya berharap, bangsa kita, generasi muda negara kita terbebas dari penyakit addiction yang merajalela ini. Ada pengertian dan usaha baik dari pemerintah, orang tua maupun pemimpin lainnya untuk memberikan support, perawatan dan doa bagi mereka.

Writer : Nancy Dinar

Sumber : Nancydinar.com
Halaman :
1

Ikuti Kami